Enam
agama resmi di Indonesia, enam perbedaan mendasar di Indonesia yang diikat oleh
Ke-Tuhan-an yang Maha Esa yang merupakan butir pertama pancasila. Dan hari ini gua
adalah salah satu dari 6,96% warga Indonesia yang merayakan hari besar
agamanya, natal. Beribadah dimalam natal bersama-sama dengan 16 juta pemeluk
agama Kristen di seluruh Indonesia, jelas adalah moment yang membahagiakan.
Tetapi itu salah satunya. Tetapi gua sekarang lebih bahagia, karena
terbebas dari pemikiran partisan. Pemikiran partisan adalah pemikiran
kebanyakan orang di mana kalau mereka memiliki keyakinan terhadap A, maka yang
lain salah di matanya. Partisan berkeyakinan A dan tidak mau tahu apa-apa
tentang B atau C karena sudah pasti salah. Partisan adalah orang yg
berkesimpulan menentang duluan baru bertanya retoris belakangan.
Konservatif selalu
merasa Liberal salah dan sebaliknya. Penggemar jazz merasa dangdut kampungan.
Penggemar rock merasa melayu cengeng. Beberapa teman menganggap sukunya lebih
hebat jika harus dibandingkan dengan suku yang lain. Beberapa teman-teman
mengharamkan pengucapan selamat natal kepada yang merayakan merasa teman-teman
yang tidak mengharamkan, murtad. Orang bertubuh sempurna merasa yang
bertubuh tidak lengkap sebagai cacat. Gua selalu menjaga prinsip, Mencoba
Memahami Sebelum Membenci. Mungkin terdengar tujuan akhirnya membenci, tetapi
tidak. Memahami akan memperkuat tali persahabatan dan lebih menghargai. Tentu
kadang gua kesal, biasanya kekesalan gua adalah karena kemalasan untuk
mencoba memahami (biasanya hal-hal remeh) dan kadang justru karena gua paham sekali makanya saya kesal.
Tapi secara umum, gua tidak lagi
partisan. Gua tidak pernah
merasa teman-teman yang tidak punya kedua tangan sebagai orang cacat. Bagi gua, mereka hanyalah berbeda. Mereka
diciptakan Tuhan untuk membentuk suatu kelebihan yang lain.
Gua tau ini hari
natal dan mungkin ada beberapa teman-teman gua yang kristen yang menganggap
natal bukanlah sesuatu yang tepat untuk dirayakan karena tidak pernah ditulis
didalam Alkitab. Mungkin ada juga teman-teman yang lain tidak ingin mengucapkan
selamat natal kepada saudara sekitarnya yang merayakan. Mungkin ada yang
berhenti membaca tulisan ini ketika merasa gua tidak pantas atau salah. Hak
mereka untuk tidak baca lebih lanjut dan mencoba memahami bagaimana pancasila
bisa dimaknai ditengah-tengah keberagaman. Hak mereka untuk membenci, dan
mungkin kapan-kapan kita bisa duduk bersama diudara terbuka, berbincang
bagaimana tuk majukan Indonesia. Gua sampai hari ini masih optimis akan
persaudaraan, persatuan itu akan datang tanpa menghilangkan perbedaan. Selamat
hari natal teman-teman dan saudaraku se-Indonesia. Selamat hari natal untuk
saudaraku yang masih bertahan dalam partisan dan,
KITA MASIH BISA
BERTEMAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar