Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 02 Mei 2015

Sesederhana Nongkrong di Indonesia

Sempat saya dan teman saya yang sudah lama pulang dari luar negeri, bertemu untuk saling melepas rindu di suatu kedai kopi. Teman saya bercerita bagaimana dia amat merindukan masa-masa di mana benar-benar menjadi seorang Indonesia. Ya nongkrong—budaya sederhana namun terasa amat kental di darah kita. Bercakap-cakap menghabiskan malam adalah sesuatu yang ia tak bisa dapatkan di negeri lain.

Ada apa dengan kebiasaan anak muda Indonesia terkhususnya Indonesia, begitu sangat mencintai nongkrong? Berkumpul menantikan malam habis, bercakap-cakap menikmati secangkir kopi atau es teh. Entah apa yang dibicarakan. Sebelum ini baiklah kita sepakat, bahwa nongkrong itu bukan sebuah kebiasaan buruk, itu mungkin salah satu hal sederhana namun terbaik yang dimiliki orang Indonesia.
 
Tapi kadang-kadang itu hanya membuat kita sering kali bertanya—mengapa orang-orang kita begitu menggemari budaya nongkrong? Apa yang dimaksud dengan nongkrong? Amat sulit—tidak pernah terbesit di pikiran saya bahwa Kamus Besar Oxford memiliki sebuah kata untuk mengartikan nongkrong dalam bahasa Inggris. "Sekedar bersantai" mungkin ungkapan yang tepat dalam bahasa untuk memperjelas kata nongkrong.

Tetapi nongkrong pada dasar memiliki ide amat sederhana, tentang berbicara dengan orang-orang terdekat. Tapi apa yang kita bicarakan? Beberapa mungkin nongkrong sambil berbicara tentang sesuatu yang penting, tapi percayalah, itu biasanya berlangsung dalam satu jam pertama. Pada jam berikutnya percakapan akan berputar sekitar pacar baru atau di mana tempat yang asik untuk berkencan atau sekedar mengambil satu atau dua foto hasil keakraban.
Hal berbeda terjadi di negara lain, budaya nongkrong tak pernah menjadi hal yang sederhana, di mana orang bertemu di sebuah restoran atau kafe untuk berbicara sesuatu yang penting. Mereka berbicara bisnis atau mereka belajar bersama. Budaya seperti ini ada di negara barat. Nongkrong jelas tidak ada dalam kamus mereka. Nongkrong versi barat berarti mereka bergaul dengan teman-teman mereka, tetapi hanya pada akhir pekan, dan biasanya datang dengan semua aturan ketat mereka. Itu sebabnya jika anda ke luar negeri anda akan menemukan Starbucks di Amerika berbeda dengan kafe-kafe nongkrong di Indonesia. Serius dan tenang—amat rumit.

Mereka tenang karena kebanyakan orang datang baik untuk belajar, membaca buku, atau berbicara bisnis, sementara yang lain hanya mengambil makanan dan pergi. Sementara sebuah kedai kopi di Indonesia ataupun Indonesia biasanya bising karena kita membuat kedai kopi sebagai tempat yang sempurna untuk nongkrong. Pada akhir pekan orang Indonesia ataupun Indonesia berdatangan, menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar berbicara, beramah tamah di kedai-kedai kopi atau restoran.

Kita semua harus sepakat nongkrong memang budaya yang sederhana namun menyenangkan. Amat beruntung budaya ini berkembang amat pesat di Indonesia khususnya Indonesia. Kafe dan kedai makanan saling bersaing untuk menyajikan tempat mana paling enak untuk sekedar nongkrong. Anak muda berkumpul, bersenda gurau, larut dalam seduhan kopi tanpa menyadari bagaimana waktu bisa lewat begitu cepat. Ini adalah saat-saat terbaik kita sebagai orang Indonesia berbagi kebahagiaan dengan orang yang kita cintai. Kita tertawa dan saling berbagi cerita. Sesederhana itu. Kekhawatiran mengenai apakah orang-orang muda kita yang nongkrong terlalu menghabiskan waktu sia-sia adalah masalah lain.

Saya tidak berpikir kita semua harus malu menjadi apa yang kita miliki sebagai orang Indonesia. Kita disini memiliki budaya hebat, sesederhana nongkrong. Budaya sederhana yang amat cepat menjamur dan menjadi cap bahwa Indonesia memang amat ramah, sering bersenda gurau dan terlihat menyenangkan. Mengutip kata-kata teman saya di atas tadi "Siapa mau menjadi orang barat? Mereka bangun, mereka bekerja, mereka makan, mereka pulang ke rumah, dan mereka akan melakukan hal yang persis sama setiap hari. Tanpa nongkrong seperti ada yang kurang sebagai orang Indonesia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.