Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Selasa, 25 Februari 2014

Ndelok Bapak Liwat Semar

Bertubuh gemuk bulat, berambut jambul atau kuncung seperti anak kecil. Berwujud orang tua, tetapi bukan laki-laki ataupun perempuan. Tangan kanan di belakang dan satu jari di tangan kiri menunjuk ke atas. Suka melawak dan memberikan kabar gembira walau kerjanya hanya sesarean. Mungkin ini jawaban beberapa dari kita yang masih menikmati kisah perwayangan jika ditanya tentang sosok seorang Semar.

 

Semar adalah salah satu tokoh pewayangan yang terkenal sangat sakti. Bahkan dalam beberapa sumber, dijelaskan bahwa Semar merupakan putra Dewa, setengah manusia setengah Dewa. Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar biasanya sering diceritakan sebagai pemimpin dusun dan seorang bapak dengan tiga orang anak asuh, Petruk, Gareng, dan Bagong.

 

Ndelok (melihat) sosok Semar, rasanya seperti melihat cerminan bapak sendiri. Tak bisa dipungkiri, mulai dari hobi ura-ura (bersenandung) bersama anak-anaknya, sarean (tiduran), sampai kepribadian, semuanya mirip. Perawakan Semar dengan perut buncit sebenarnya memiliki arti luar biasa. Bulat ini dinilai sebagai perlambangan dengan bumi dengan segala kesempurnaannya.  Menyembunyikan tangan di belakang pun memberi arti bahwa Semar adalah seorang pribadi yang rendah hati. Sikap rendah hati dibalik kesempurnaan inilah yang menjadikan Semar cerminan bapak yang luar biasa.

 

Semua ayah Indonesia harus belajar dari sosok Ki Lurah Semar nan penuh makna ini. Tentu bukan hanya meniru hobi beliau, tapi juga pribadi dan karakter Semar. Mari kita lihat pengiasan Semar dari tampak fisiknya.

 

Tangan kanan Semar yang ada di belakang badan memiliki makna sosok Semar dan para Bapak semestinya menyembunyikan kelebihan dan kebaikan yang ada pada dirinya. Tangan kirinya menunjuk satu ke atas memiliki makna bahwa ia menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

 

Berwujud orang tua memiliki arti bahwa Semar seorang yang sudah banyak makan asam garam, sosok pemimpin yang sangat berpengalaman. Semar pun sulit untuk dikatakan sebagai laki-laki atau perempuan. Sulit dikatakan laki-laki karena memiliki puting dan sulit dikatakan perempuan karena tidak berkelamin perempuan. Hal ini bermakna Ki Semar punya sifat menghidupi nan penyayang sebagai seorang bapak. Sungguh luar biasa memang melihat sosok karakter yang membumi ini.

 

Sampai di sini memang semakin kelihatan bahwa melihat sosok Semar sama seperti ndelok Bapak sendiri. Seorang Bapak kiranya dituntut untuk bukan hanya menjadi pemimpin di masyarakat, tetapi juga dapat memimpin dalam keluarga. Sikap mengayomi Semar dalam mengasuh anak pun bisa kita pelajari. Sembari menyalurkan hobi bersenandungnya, Semar senang menyelipkan pesan untuk anak-anaknya.

 

Sikap membaur dan mengayomi inilah yang menjadikan Semar seorang pemimpin hebat. Menjadi pemimpin di kedua hal ini, yaitu di keluarga dan masyarakat, sering dilupakan oleh sosok Bapak di zaman sekarang. Beberapa bapak kebanyakan hanya menjadi sosok pemimpin di masyarakat, tapi tidak dalam keluarga atau sebaliknya.

 

Dalam pewayangan, Semar adalah seorang Lurah yang sudah banyak makan asam garam, namun tidak memaksakan nasihatnya kepada anak-anaknya. Beliau lebih sering memberi pengarahan, kemudian memberikan keputusan ke tangan anak-anaknya. Mungkin hal ini salah satu hal lain yang bisa diterapkan bagi bapak dalam menjadi pemimpin dalam keluarga.

 

Ndelok sosok Bapak lewat seorang Semar memang sangat unik. Bapak yang biasanya dituntut untuk menafkahi keluarganya, kini dituntut untuk juga mengayomi. Mungkin sosok Semar terlalu sempurna bagi kita tetapi kiranya kita bisa selalu berprilaku seperti tangan kanan Semar yang selalu di belakang dan satu jari di tangan kiri menunjuk ke atas. Kiranya kita sebagai Bapak ataupun calon Bapak, kita bisa selalu ingat akan kemahakuasaan Tuhan di atas kepemimpinan kita di Indonesia dan keluarga.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.