Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?
Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?
Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?
Bertubuh gemuk bulat, berambut jambul atau kuncung seperti anak
kecil. Berwujud orang tua, tetapi bukan laki-laki ataupun perempuan. Tangan
kanan di belakang dan satu jari di tangan kiri menunjuk ke atas. Suka melawak
dan memberikan kabar gembira walau kerjanya hanya sesarean. Mungkin ini jawaban beberapa dari kita yang masih
menikmati kisah perwayangan jika ditanya tentang sosok seorang Semar.
Semar adalah salah satu tokoh pewayangan yang terkenal sangat sakti.
Bahkan dalam beberapa sumber, dijelaskan bahwa Semar merupakan putra Dewa,
setengah manusia setengah Dewa. Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar biasanya
sering diceritakan sebagai pemimpin dusun dan seorang bapak dengan tiga orang
anak asuh, Petruk, Gareng, dan Bagong.
Ndelok (melihat) sosok Semar, rasanya seperti melihat cerminan bapak
sendiri. Tak bisa dipungkiri, mulai dari hobi ura-ura (bersenandung) bersama anak-anaknya, sarean (tiduran), sampai
kepribadian, semuanya mirip. Perawakan Semar dengan perut buncit sebenarnya
memiliki arti luar biasa. Bulat ini dinilai sebagai perlambangan dengan bumi
dengan segala kesempurnaannya. Menyembunyikan
tangan di belakang pun memberi arti bahwa Semar adalah seorang pribadi yang
rendah hati. Sikap rendah hati dibalik kesempurnaan inilah yang menjadikan
Semar cerminan bapak yang luar biasa.
Semua ayah Indonesia harus belajar dari sosok Ki Lurah Semar nan
penuh makna ini. Tentu bukan hanya meniru hobi beliau, tapi juga pribadi dan
karakter Semar. Mari kita lihat pengiasan Semar dari tampak fisiknya.
Tangan kanan Semar yang ada di belakang badan memiliki makna sosok
Semar dan para Bapak semestinya menyembunyikan kelebihan dan kebaikan yang ada
pada dirinya. Tangan kirinya menunjuk satu ke atas memiliki makna bahwa ia
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berwujud orang tua memiliki arti bahwa Semar seorang yang sudah
banyak makan asam garam, sosok pemimpin yang sangat berpengalaman. Semar pun
sulit untuk dikatakan sebagai laki-laki atau perempuan. Sulit dikatakan
laki-laki karena memiliki puting dan sulit dikatakan perempuan karena tidak
berkelamin perempuan. Hal ini bermakna Ki Semar punya sifat menghidupi nan
penyayang sebagai seorang bapak. Sungguh luar biasa memang melihat sosok
karakter yang membumi ini.
Sampai di sini memang semakin kelihatan bahwa melihat sosok Semar
sama seperti ndelok Bapak sendiri. Seorang Bapak kiranya dituntut untuk
bukan hanya menjadi pemimpin di masyarakat, tetapi juga dapat memimpin dalam
keluarga. Sikap mengayomi Semar dalam mengasuh anak pun bisa kita pelajari.
Sembari menyalurkan hobi bersenandungnya, Semar senang menyelipkan pesan untuk
anak-anaknya.
Sikap membaur dan mengayomi inilah yang menjadikan Semar seorang
pemimpin hebat. Menjadi pemimpin di kedua hal ini, yaitu di keluarga dan
masyarakat, sering dilupakan oleh sosok Bapak di zaman sekarang. Beberapa bapak
kebanyakan hanya menjadi sosok pemimpin di masyarakat, tapi tidak dalam
keluarga atau sebaliknya.
Dalam pewayangan, Semar adalah seorang Lurah yang sudah banyak
makan asam garam, namun tidak memaksakan nasihatnya kepada anak-anaknya. Beliau
lebih sering memberi pengarahan, kemudian memberikan keputusan ke tangan
anak-anaknya. Mungkin hal ini salah satu hal lain yang bisa diterapkan bagi
bapak dalam menjadi pemimpin dalam keluarga.
Ndelok sosok Bapak lewat seorang Semar memang sangat unik. Bapak yang
biasanya dituntut untuk menafkahi keluarganya, kini dituntut untuk juga
mengayomi. Mungkin sosok Semar terlalu sempurna bagi kita tetapi kiranya kita
bisa selalu berprilaku seperti tangan kanan Semar yang selalu di belakang dan
satu jari di tangan kiri menunjuk ke atas. Kiranya kita sebagai Bapak ataupun
calon Bapak, kita bisa selalu ingat akan kemahakuasaan Tuhan di atas
kepemimpinan kita di Indonesia dan keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar