Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Kamis, 16 Januari 2014

Duaar, Ini Kejutan Tahun Baru!


Di tengah suasana pergantian tahun, tepat 1 Januari 2014, Pertamina memberikan kejutan besar. Bagaikan ledakan besar, keputusan Pertamina ini mendapat reaksi begitu luar biasa dari masyarakat. Pertamina dan pemerintah sukses membuat panik terkait keputusan mereka untuk menaikan harga elpiji 12 kilogram. Tak tanggung-tanggung dibandingkan dengan harga bahan bakar minyak beberapa waktu lalu, persentase kenaikan harga elpiji jauh lebih besar.

 

Merujuk harga di Jakarta, misalnya, elpiji 12 kilogram yang sebelumnya seharga Rp. 78.000 naik 68 persen hingga melonjak drastis menjadi  Rp. 138.000. Bayangkan berapa harga yang harus kita keluarkan untuk sebuah tabung elpiji 12 kilogram di daerah Papua? Benar-benar sebuah kejutan di awal tahun ini. Sebagai konsumen, masyarakat pun sangat keberatan karena harus merogoh kocek yang lebih besar lagi per bulannya. Di luar dari perdebatan soal angka “penyesuaian” harga yang dipilih pemilik otoritas (baca:pemerintah), kenaikan ini seperti kembali membuka bekas luka di tubuh pemerintah.

 

Bukan tanpa alasan, ketika kejutan ini mendapat penolakan besar dari masyarakat, pemilik otoritas kembali ke kebiasaan lama. Pemerintah hadir dengan dalih tidak mengetahui rencana kenaikan ini. Dan kemudian, dari pihak Pertamina dan pemerintah saling menyalahkan dan tidak mau mengambil tanggung jawab.  

 

Ketika Pertamina menyatakan pihak mereka sudah melakukan sesuai prosedur dan telah memberi tahu pemerintah (bahkan sejak 2010), menteri terkait justru berkelit. Padahal dalam penalaran yang wajar, untuk sebuah kebijakan yang terkait langsung dengan hajat hidup orang banyak, sulit untuk dipahami jika Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan Dahlan sama sekali tidak mengetahui rencana ini. Melihat gelagat lempar batu sembunyi tangan ini, masyarakat dengan amat mudah menerka lakon  di awal tahun ini.

 

Rencana kenaikan ini berawal dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menemukan ada kerugian lebih dari tujuh triliun yang disebabkan harga elpiji non subsidi terlalu rendah. Dan jika memang benar, seharusnya pemerintah abai dengan tugas pokoknya melindungi rakyat. Apalagi pemerintah disini juga berperan sebagai pemilik saham utama Pertamina. Dengan melihat fakta terabaikan tugas pokok pemerintah tersebut, kekhawatiran bahwa semakin dekat dengan agenda pemilihan umum, para menteri seperti kehilangan fokus.

 

Beruntung kita akhirnya sudah mengetahui keputusan akhir pemerintah dan Pertamina. Himbauan presiden di hadapan rakyat menghadirkan lakon lawakan yang tidak kalah lucu. "Dan saya meminta Pertamina dan menteri-menteri terkait untuk melakukan peninjauan kembali itu dalam waktu satu hari, 1x24 jam," ujar presiden SBY usai memimpin sidang kabinet terbatas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (5/1/2014). Seperti melihat adegan film dengan presiden SBY sebagai aktor pahlawan utama.

 

Bagi semacam masyarakat, segala macam kejutan dan reaksi yang dipertontonkan pemerintah di sekitar polemik kenaikan harga elpiji, benar-benar menjadi sebuah lakon kejutan awal tahun baru. Benar-benar menjadi sebuah lakon yang jauh dari kata lucu. Membuat konflik yang seharusnya dapat dicegah, tetapi malah diabaikan untuk mendapat tepuk tangan dari para penonton. Semoga ini memang bukan kejutan dan tontonan yang dibuat-buat dalam rangka memperbaiki citra dimasa akhir pemerintahan. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.