Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Selasa, 21 Oktober 2014

Kerja. Kerja. Kerja!

Joko Widodo akhirnya berkantor di Istana Negara. Sesuatu yang tak terpikirkan ketika 24 bulan lalu—di bulan Oktober—ia dilantik sebagai Gubernur Jakarta. Jokowi (sapaan presiden baru) pun mencatat sejarah sebagai kepala daerah pertama yang terpilih menjadi Presiden Indonesia.

Jokowi bukan orator hebat. Ia berasal dari keluarga kebanyakan dan selalu tampil seperti orang biasa seperti kita. Tapi hal-hal itu justru menjadi kekuatan utama untuk mencapai RI1. Memang Jokowi bukan Presiden pertama yang berasal dari keluarga biasa. Soeharto melewati masa kecil dengan ejekan teman-teman karena dianggap terlalu melarat. Tetapi latar belakang Jokowi memang sangat kontras ketika dibandingkan dengan pesaing 9 Juli lalu, Prabowo.

Pelantikan, arak-arakan dengan kereta kencana dan konser salam tiga jari pun secara bergantian sambut Presiden baru Indonesia. Tapi tak ada bulan madu bagi Jokowi. Beliau harus mengajak wakilnya, Jusuf Kalla, berkerja mempersempit kesenjangan ekonomi dan tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi 2014, yang tinggal dua bulan lagi, sebesar 5,5 persen.

Hanya dengan memilih menteri-menteri berintegritas, cakap, dan berani bertarung, Jokowi bisa memastikan pemerintahannya akan berjalan benar. Setia mendengarkan suara rakyat dan merawat partisipasi mereka. Dia bisa yakin bahwa semua program dan keputusan dalam pekerjaan pemerintah dalam era Jokowi pro rakyat. Sebuah cara  agar bisa lolos dari serangan bertubi lawan koalisi.

Tantangan kerja memang amat besar. Terutama dari Dewan Perwakilan Rakyat yang dikuasai koalisi pendukung Prabowo. Aroma politik balas dendam pun mulai tercium. Mereka menempati posisi-posisi kunci hingga memimpin komisi di Senayan. Walaupun kekuatan ini masih belum tentu solid. Tapi meminjam istilah adik Prabowo, Hashim Djojohadikusummo. Jokowi harus bayar harga. Dari teori tata negara perimbangan kekuatan antara pemerintah dan dewan ini sebenarnya cukup ideal. Pemerintah Jokowi akan dipelototi dengan ketat oleh politikus di Senayan.


Hal ini pun berarti Jokowi semestinya bisa memastikan pemerintah pria 53 tahun ini berjalan dengan benar dan semua keputusan beliau selalu pro kepentingan publik. Dengan cara itu ia akan lolos dari guncangan-guncangan politikus dari kubu Jokowi. Jokowi dan pak Kalla pun akan menerima warisan ekonomi yang tidak terlalu cerah dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 5,5 persen jauh dari angka di era Orde Baru, 8 persen. Nilai tukar rupiah pun masih rendah dan kesenjangan ekonomi tinggi menjadi tantangan lain bagi pemerintah baru.

Menarik sekali dengan pekerjaan rumah dan tantangan besar Indonesia ini, pemerintah baru dengan janji-janji harus bisa mempercepat kerja mereka. Bagaimana ia menyusun kabinet yang bisa menjalankan program kerja unggulan, seperti Kartu Indonesia Pintar dap Kartu Indonesia Sehat? Yang hampir pasti, anggota kabinet Jokowi-Kalla akan mengikuti gaya kerja presiden mereka : suka blusukan ke bagian masing-masing.

Kabinet sebagai pembantu kerja Jokowi, Jokowi lebih memilih keterwakilan SARA. Tentu pertimbangan ini menjadi pertimbangan baru dalam pemilihan kabinet. Mendapat komposisi pas Jokowi dan tim menyusun matriks dengan menggambarkan orang dengan latar belakang daerah, agama, suku dan lain. Menurut pak Kalla itu penting dalam menjaga keseimbangan. Tantangan lain pun datang dari anggaran dan BBM bersubsidi.

Warisan defisit anggaran yang membengkak membuat sempit ruang gerak anggaran pemerintahan Jokowi. Memberi isyarat kenaikan harga BBM bersubsidi sebelum akhir tahun. Seperti pepatah “SIAPA YANG BERKATA HARUS BERKOTA”, setiap janji hendaklah ditepat. Tollaut. Satu juta hektar sawah baru. Drone dalam batas perairan. Hak asasi manusia dan memperbaiki dapur kabinet dan lain-lain. 

Memang tidak akan ada bulan madu dari Jokowi dan Kalla. Dua bulan pertama ini mereka akan kebut-kebutan kerja, kerja, dan kerja. Jokowi dan pak Kalla serta menteri-menteri memang harus rela banting tulang. Sejarah baru memang baru saja dimulai. Lima tahun ke depan tentu ada puluh ribuan pekerjaan rumah dalam Indonesia. Susah tapi pasti bisa. Apalagi jika masyarakat mau diajak kerja sama dengan semangat untuk bekerja membangun bangsa. Selamat bekerja pak Jokowi Kalla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.