Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Rabu, 25 Juni 2014

Menetralkan Media Massa Indonesia

Media merupakan salah satu bagian dari dinamika sosial masyarakat modern dengan peran vital dalam menciptakan hubungan sosial antara satu dengan yang lain. Media cetak dan elektronik sangatlah penting dan tak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sebab merupakan alat komunikasi paling aktif dalam menyampaikan informasi-informasi yang kita butuhkan. Media sebagai sarana Informasi, tentu inilah tujuan utama dari kehadiran media di tengah-tengah kita.

Pasca Reformasi media mengalami ekspansi besar-besaran. Seperti kebelet pipis, media cetak maupun elektronik di negara ini mulai menunjukkan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memihak kepada rakyat. Sikap media yang dulu (orde baru) tak begitu total dipublikasikan. Namun tidak jarang informasi yang dipublikasikan media ini cenderung beraroma kolusi karena menguntungkan kelompok tertentu.

Lantas bagaimana harusnya sikap masyarakat terhadap media dengan keberpihakan itu? Bukankah lebih buruk lagi karena ini bulan kampanye—waktu tepat untuk memperbaiki gizi calon presiden yang didukung dan menjatuhkan calon presiden lawan.

Ketua Dewan Pers Bagir Manan bahkan sampai meminta sejumlah pemilik media untuk menghormati etika jurnalistik. Alasannya, karena para pemilik yang terjun ke dunia politik menggunakan medianya sebagai sarana mengampanyekan diri atau calon presiden yang didukung.

Menurut saya sendiri tidaklah masalah sebuah media mengutarakan keberpihakan kepada salah satu tokoh ataupun calon presiden karena itu demokrasi. Yang salah apabila kebenaran diputarbalikkan dan fitnah diluncurkan. Keberpihakan media harus memiliki satu nilai, yaitu kebenaran. Kebenaran merupakan nilai yang harus terus disuarakan, meski pada akhirnya tidak akan menyenangkan bagi semua pihak.

Dalam hal kebenaran media harus berani memberitakan bahwa Sukarno turut berperan dalam pembantaian PKI di tahun 1965. Media harus berani memberitakan Soeharto yang dalam 32 tahun pemerintahan, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Dalam koridor semacam ini, jelas jika sebuah media perlu berpihak. Juga terhadap Jokowi yang melanggar janji untuk membenah Jakarta selama masa tugas dan Kalla dengan baju Pemuda Pancasila berkata, “Kita butuh preman yang dapat menjalankan Pancasila.”

Tak terlebih Prabowo dengan mencoba membungkam kritik jurnalistik dan politik pada tahun 1990-an. Dan kasus penculikan aktivis dan pembantaian di kerusuhan 1998. Dan tentu keistimewaan anak Hatta Rajasa dalam kasus hukum. Dalam koridor semacam ini, jelas jika sebuah media perlu berpihak.

Jelas hal yang dilarang dalam praktek media adalah memasukkan opini wartawan atau pimpinan redaksi secara telanjang dalam pemberitaan pers. Karena opini itu akan mencampuradukkan pendapat dan fakta sehingga dapat terjadi penulisan berita yang tidak ada dasar dan faktanya. Selain beropini, hal lain yang harus dihindari dalam pemberitaan adalah menulis fitnah, menghina, dan merendahkan martabat orang lain. Termasuk membuat berita yang cabul dan sadis itu yang dilarang dalam kode etik pers Indonesia.

Media harus berpihak di boleh tidak menurut saya. Karena itu yang membuat media itu berbobot. Tapi tentu haruslah berisikan kebenaran. Semua media wajib menjaga independensi. Dengan artian, setiap ruang redaksi  tidak boleh dipengaruhi, diintervensi, dan dikalahkan oleh kepentingan pihak yang lebih kuat, seperti pemerintah, militer, atau pemilik modal.

Di pemilihan presiden tahun ini jelas Prabowo Hatta – Jokowi dan Jusuf Kalla jelas memiliki masalah dalam karir mereka. Karena itu yang membuat mereka manusia biasa tak sempurna seperti yang diberitakan media massa pendukung dan teman-teman sosial media pendukung, serta tim sukses.

Baiklah kita berpikir jernih dan bijak dalam menyikapi setiap permasalahan yang diumbar oleh media dan menyebarkan berita. Karena kita pun berperan sebagai media. Mendukung bukan berarti menutup kebohongan dan keburukan. Kebohongan tak pantas disebarkan karena yang akan dirusak bukan hanya manusia, tapi akal sehat dan kejujuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.