Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 18 April 2015

Memukat Ide. Menjual Karya

Ide bisa datang begitu cepat begitu juga dengan hilangnya. Kadang datangnya pun tak diduga-duga. Hal ini membuat memukat ide itu penting. JK Rowling pernah mengungkapkan idenya menulis Harry Potter pun datang secara tiba-tiba saat dia menaiki kereta api dari Manchester ke London tahun 1990. Tak perlu waktu lama hasil pukat ide itu diungkapkannya dalam bentuk tulisan yang kelak mengguncang dunia. Menunggu memukat ide itu sampai esok berarti bersiap kehilangan. JK Rowling tak mau kehilangan kesempatan ia menjual karya dari hasil pukat ide tersebut.

Kita acapkali melewatkan musim ide menumpuk dan berkeliaran—melewatkan sebuah kesempatan bahwa ide yang berenang beramai-ramai melintasi otak bisa diolah menjadi santapan sedap dan bahkan menjadi sebuah keuntungan. Ide yang melintas ini sama sekali tak berharga, ia memiliki kecenderungan bagaikan suara nyamuk yang hanya mendengung di telinga tanpa menggigit. Tentu saya dan Anda pasti sering kali mengalami hal ini, misalnya, ketika sedang mengendarai kendaraan sendirian dan kemudian suara-suara ide ini menghantui Anda. Membuat kita berpikir dan celakanya malah sering diabaikan.

Kita tak pernah sadar bahwa diabaikannya ide-ide tersebut, membuat kita melewatkan sebuah karya. Tak banyak yang bisa mengartikan karya, itu yang membuat ia menjadi istimewa dan mahal. Bahkan dalam bahasa Inggris karya diartikan work (bekerja)—padahal karya bukanlah sebuah pekerjaan. Karya bisa saja dihargai dengan uang dan tidak. Sebagai contoh seorang bapak dengan pekerjaannya sebagai polisi berhasil memukat ide bahwa ia dengan talentanya bermain musik, dan berkarya dalam menciptakan lagu. Karya dan kerja bukanlah hal yang sama—menariknya hanya milik orang Indonesia. Negara yang berbudaya dan tentu memiliki keragaman ide.

Konsep memukat ide cukup sederhana sebenarnya. Ide yang berenang hilir mudik di pikiran biasanya berasal dari berbagai dari bermacam-macam sumber. Ada yang berasal dari pemikiran sendiri, pemikiran orang lain, pengalaman, pengetahuan, dan sebagainya. Dalam hal ini pukat ikan tak pernah hanya menangkap satu ekor ikan saja dalam jerat. Hal yang sama diterapkan dengan memukat ide, mengumpulkan berbagai ide yang berenang hilir mudik dan kemudian menggabungkannya dalam bentuk sebuah ide orisinal.
Sebuah ide orisinal hasil pukat ini yang kemudian menjadi sebuah karya mahal. Tak dapat dipungkiri kita membutuhkan uang untuk membiarkan dapur tetap berkebul.  Hal ini dapat kita terima dengan bekerja dan berkarya. Seorang koki yang memasak di restoran dari jam 10 pagi hingga sembilan malam mungkin menganggap selama waktu tersebut dia bekerja karena dia memasak untuk dibayar. Ia menjual keterampilannya dalam hal memasak kepada pemilik restoran. Namun pada saat dia pulang dan memasak untuk keluarganya dia menganggap memasak bukan lagi sebagai pekerjaan melainkan sebuah karya. Sang koki memasak untuk keluarganya dan ia merasakan kepuasan dan kesenangan ketika melihat keluarganya menyantap masakan dengan lahap, walaupun Sang koki tidak dibayar.

Perbedaan antara kerja dan karya terletak pada imbal balik yang kita dapat. Menjual sebuah karya dan kemudian diganjar oleh sebuah kepuasan. Lihat betapa berharga sebuah ide! Ide menelurkan sebuah ganjaran yang tak akan kita pernah dapat selagi kita hanya melakukan rutinitas kehidupan, bekerja dan kemudian diupah.  Karya menjadi hasil olah rasa, olah hati dan olah pikiran dalam balutan pukat ide. Ketika memukat ide menjadi aktivitas abstrak yang hanya bisa dirasakan sendiri, berkarya adalah aktivitas yang dapat menghasilkan sesuatu yang bisa dirasakan, bisa diapresiasi oleh orang lain.

Sejarah telah membuktikan, orang-orang besar dan berpengaruh dalam sejarah adalah mereka yang memiliki ide dan kemudian menjual karya. Einstein telah berkarya dengan teori relativitasnya, Newton telah berkarya dalam teori gravitasinya, Tsai Lun telah berkarya dengan penemuan kertasnya. Mereka yang berkarya selama hidupnya akan dikenang oleh manusia sepeninggal hidupnya. Manusia tak pernah lepas dari sebuah ide dan karya. Seperti seorang ikan-ikan dalam jerat pukat, dan kemudian dikumpulkan dan diolah menjadi hidangan sedap—sekumpulan ide akan menjadi sedap pula ketika kita Si peramu dapat mengolah, menjual sebuah karya. Sebuah kebanggaan yang menjadi milik Sang pencipta – Sang peramu – Sang empunya ide, melihat kita sebagai karya ciptaannya memahami untuk apa ia diciptakan di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.