Beberapa minggu ini di twitter, banyak orang
protes. Bukan terhadap banjir, tapi terhadap reaksi orang orang ketika banjir
terjadi. Ada yang kesal dan kemudian berkesimpulan dan membuat pesan melalui Broadcast Message berisikan pesan bahwa Jakarta
banjir karena maksiat. Ada yang kesal dan kemudian banyak yang menyalahkan
Jokowi atau Foke atas banjir tersebut. Hal-hal itu yang muncul berderetan dalam
minggu-minggu ini. Kesimpulan sederhana gua,
mereka membuat pilihan yang berdampak negatif atas reaksi dari bencana banjir.
Pilihan mereka adaah ngomel.
Saya membedakan orang yang ngomel dengan argumen yang valid dengan orang yang ngomel tanpa dasar yang jelas. Orang
yang ngomel dengan argumen, adalah orang orang positif dengan bahasa dan
semantika yang berbeda. Orang yang ngomel tanpa argumen adalah haters. Titik.
Mereka hanya membenci karena itu membuat mereka tidak senang. Orang orang yang
hanya bisa merasa tinggi dengan berdiri di kepala orang. Orang-orang inilah
yang gua unfollow.
Poin saya adalah, kita semua punya pilihan. Ada
yang tidak lihat, ada yang tidak mau lihat pilihan tersebut. Ada yang walaupun
lihat, tapi tetap tidak mau ambil pilihan tersebut. Akhirnya hidup mereka
menjadi menyebalkan. Lalu mereka protes terhadap hidup yang menyebalkan itu. Lalu
mereka menjadi orang yang menyebalkan juga. Hanya karena, mereka tidak mau
mengambil sebuah pilihan. Namun ada beberapa orang yang mengambil pilihan
berbeda atas hidupnya. Mereka menyebarkan sebuah pesan di media, pesan yang
positif. Pesan untuk membantu dan menolong sesama mereka yang terkena musibah. Untuk berhenti mengeluh dan ngomel. Untuk menenggelamkan tangisan dan
jeritan minta pertolongan. Apakah dua puluh empat jam
terakhirmu seperti itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar