“Kami Datang untuk Timnas,
Bukan PSSI”. Demikian salah satu spanduk raksasa yang dibentangkan suporter
Indonesia. Pada tanggal 24 November sampai ke tanggal 22 December 2012,
Indonesia akan menghadapi tantangan besar sepanjang perjalanan karir Tim
Nasional Indonesia. Mungkin kita memang sedang tak berperang dengan Singapura,
Laos, Vietnam, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Malaysia. Akan tetapi, di
ajang Piala AFF 2012, harga diri bangsa dipertaruhkan. Karena kita satu grup
dengan Malaysia, kemenangan adalah harga mati. Hubungan diplomatik Indonesia –
Malaysia sedang tak sedap, menyusul sikap negara jiran yang kerap mengklaim budaya
Indonesia.
Nil Maizar adalah pelatih
timnas senior Indonesia yang, dalam hitungan pekan, akan bertarung di Piala AFF
2012. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menargetkan juara, meski
kita semua tahu, dalam situasi dan kondisi tak kondusif seperti saat ini, itu
bukanlah perkara gampang. Sejarah akan mencatat, Nil merupakan pelatih timnas
yang menjadi “korban” dua institusi yang tengah berseteru: PSSI dan Komite
Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Tak hanya itu, Nil bekerja di tengah
banyak pihak yang meragukan kemampuannya. Jam terbangnya yang minim sebagai
pelatih, khususnya menukangi timnas, menempatkan mantan pemain timnas era
1980-an itu menjadi bulan-bulanan sasaran keraguan. Dia lantas akan berada
dibawah bayang-bayang pendahulunya Alfred Riedl, pelatih timnas versi KPSI,
yang dua tahun silam membawa tim “Merah Putih” ke final Piala AFF.
Dibandingkan Riedl, jam
terbang Nil memang masih cetek. Di pentas sepak bola nasional, baru Semen
Padang yang ditukangi Nil. Di tangannya, Kabau Sirah (julukan dari tim Semen
Padang) sukses menempati peringkat empat Liga Indonesia 2011/2011. Buat gua hal ini cukup special, mengingat Semen Padang datang sebagai tim promosi. Tak ada
yang tahu pasti, apakah Nil mampu membawa timnas juara di Piala AFF kali ini. Gua pribadi memutuskan untuk mendukung
Nil, karena dia mengusung nama bangsa, bukan PSSI atau KPSI. Gua bukan pengagum berat Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono apalagi Budiono, wakilnya. Tapi, ketika salah satu
dari mereka melakukan kunjungan negara ke luar negeri dan mendapat perlakuan
kurang baik, gua berhak marah karena
mereka adalah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia (PSSI) menargetkan juara, meski kita semua tahu, dalam situasi
dan kondisi tak kondusif seperti saat ini, itu bukanlah perkara gampang. Kita
tak bisa membiarkan Nil Maizar dan Tim Nasional Indonesia melangkah sendiri,
sebab mereka mengusung misi bangsa, di mana harga diri jutaan rakyat Indonesia
dipertaruhkan. Terlepas dari lo suka atau tidak terhadap Tim Nasional
Indonesia ataupun sistem dan masalahnya, detak jantung dan air mata lo
gak akan pernah bisa bohong. Detak jantung dan tetesan air mata tidak akan
pernah lepas dari akan kebanggaan kita terhadap merah putih. Dan, tak ada
alasan, kita seperti dua tahun silam, harus sama-sama berdiri di belakang
timnas dan berteriak dengan lantang: I N D O N E S I A!
Tidak Ada Alasan Lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar