Beberapa kali media
mencoba mengangkat ganja sebagai alat “nyimeng”
sebagai kriminalisasi, bahkan beberapa artis hingga presiden pun terkena
asapnya. Sedih karena akhirnya yang terangkat dari ganja lagi-lagi adalah “nyimeng”nya. Memang, nyimeng lebih
mudah dipahami dan lebih dulu dipropagandakan. Bertepatan dengan hari ganja
dunia yang lalu, banyak yang bertanya, apa yang menjadi alasan gue pro ganja menjadi barang yang legal.
Perlu digaris bawahi ukungan gue
terhadap legalisasi ganja, bukan karena gue
nyimeng. Gue tidak nyimeng, merokokpun
tidak. Juga sebenarnya tidak “legalisasi ganja” per se yang diincar teman-teman
Lingkar Ganja Nusantara, tapi pemanfaatan daun ganja semaksimal mungkin untuk
kebaikan seluruh bangsa Indonesia. Mungkin banyak yang heran, banyak juga yang
tidak sependapat seperti dulu hampir seluruh orang didunia tidak percaya bahwa
matahari sebagai pusat dari tata surya.
Selama 12.000 tahun, daun ganja telah memberikan manfaatnya untuk
umat manusia. Daun ganja, tersebar di 2/3 permukaan bumi, yang kemudiaan menjadikannya
sebagai salah satu tanaman yang paling mudah tumbuh di mana-mana. Tidak ada
satupun produk di muka bumi ini, yang tidak bisa dibuat oleh ganja. Sejak dulu,
pelaut menggunakan serat ganja untuk tali temali mereka, pakaian, layar, dan
lain-lain. Daun ganja adalah tanaman yang paling dimanfaatkan diseluruh muka
bumi, hingga tahun 1930.
Apa yang terjadi tahun
1930? Amerika, krisis ekonomi parah
Dalam kondisi tersebut,
mereka harus mengembalikan kondisi keuangan mereka. Saat itu, Amerika
mengembangkan serat sintetis. Serat sintetis ini, yang diproduksi dengan
teknologi manufaktur yang saat itu hanya dimiliki Amerika. Sialnya,
karakteristik dan kualitasnya serupa dengan serat dari daun ganja. Sementara
daun ganja, tidak perlu menggunakan teknologi rumit untuk pemanfaatannya.
Singkat cerita, dagangan amerika, jeblok. Amerika, kemudian
mengeluarkan larangan terhadap tanaman Ganja dan merupakan negara pertama dalam
sejarah yang melakukan pelarangan tersebut. Pelarangannya dikaitkan dengan isu
ras, dengan melemparkan kabar bahwa ganja yang dihisap akan membuat budak budak
kulit hitam beringas. Larangan ini disebarkan ke seluruh dunia. Tidak lama,
Amerika menjilat ludah sendiri ketika mereka memasuki Perang Dunia ke 2.
Kemampuan produksi serat sintetis mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan perang.
Akhirnya, mereka kembali menggunakan serat ganja untuk seragam, tas, tali
temali, parasut, dan lain-lain. Setelah Perang Dunia 2, black campaign Amerika terhadap ganja menggunakan metoda yang
berbeda. Mereka mulai menyebarkan info bahwa Ganja bikin bodoh, bikin
ketergantungan. Lewat PBB, mereka menyebar luaskan propaganda ini.
Ini menjawab tanda
tanya besar “Mengapa sebuah tanaman yang dimanfaatkan di seluruh dunia selama
ribuan tahun tiba tiba bisa jadi sesuatu yang jahat?”. Karena ulah Amerika di
atas tadi. Apakah pemanfaatan ganja bisa mengejar
Millenium Development Goals? Bisa menekan angka kemiskinan? Bisa. Dan sudah
terbukti.
Di mana?
Cina, tidak menyetujui
ganja untuk dihisap, tapi memanfaatkan daun ganja untuk industri. Industri
untuk apa? Untuk apa saja. Industri pakaian, serat ganja adalah serat pakaian
kualitas terbaik makanya dipakai untuk baju perang dan parasut. Industri
kendaraan (Henry Ford yang melihat minyak bumi akan kelak habis mengembangkan
kendaraan yang tubuhnya terbuat dari serat ganja dan jaland engan biofuel dari
ganja).
Industri medis,
tercatat daun ganja dimanfaatkan jadi bagian dari pengobatan alzheimer,
glaukoma, HIV/AIDS, Asma, kanker, Distonia, Epilepsi, Tuberkulosis, Sindrom
Tourette, Osteoporosis, Kardiovaskular, Diabetes, dan masih banyak lagi
penyakit yang kalau saya sebut akan sangat menyita tulisan ini. Ketika Amerika
berencana menghentikan ganja medis, dan yang kemudian diprotes keras. Oleh
kalangan dokter.
Industri kertas, sekedar mengingatkan “Declaration Of
Independence” Amerika serikat ditulis di atas hemp. Varian ganja untuk
industri. 97% buku yang dicetak antara tahun 1900 – 1937 (waktu masih
pakai ganja) masih kuat sampai 300-400 tahun sementara kertas dari serat kayu
bertahan rata rata hanya selama 50 tahun. Untuk membuat kertas dengan
jumlah yang sama, kertas dari serat pohon akan memakan lahan hutan lebih luas
daripada kertas dari serat ganja
Ada banyak sekali pemanfaatan daun ganja untuk industri yang sudah
digunakan dengan lazim oleh negara lain KECUALI oleh Indonesia. Lha wong
Amerika sendiri yang pertama kali mengeluarkan larangan aja sekarang sudah
menggunakan ganja untuk industri. Mengapa Indonesia, negara yang terkenal
memiliki ganja dengan kualitas terbaik dunia karena tanah yang subur, matahari
yang melimpah, hujan yang mengguyur bumi, tidak bisa memanfaatkan ganja untuk
kebaikan bangsanya? Andaikan ganja dimanfaatkan untuk industri sebagaimana yang
sudah lazim dilakukan buanyak negara lain, bayangkan tenaga kerja yang diserap.
Bayangkan angka pengangguran yang turun dan dengan itu angka kemiskinan yang
ditekan. Ganja bisa dimanfaatkan untuk apa pun. Bisa ditanam dimana pun.
Memprosesnya tidak perlu teknologi yang mutakhir. Kalau anda memegang daun ganja
dan anda gosok gosok ke telapak tangan, nanti akan keluar minyaknya. Minyak
tersebut sering digunakan untuk obat sebagaimana kita pakai minyak telon dan
minyak kayu putih. Bayangkan betapa mudahnya memanfaatkan ganja.
Tolol rasanya jika beberapa orang beranggap ganja sebahai akar
dari kriminalisasi. Ada riset yg menyatakan bahwa negara bagian di
Amerika Serikat yang melegalkan ganja, ternyata angka kecelakaan mobilnya lebih
rendah daripada negara yang mengilegalkan ganja. Ternyata, di negara bagian
yang legalkan ganja, masyarakatnya berpindah dari minum bir ke nyimeng. Angka kecelakaan yang turun
menyatakan bir lebih berbahaya sebagai pemicu kecelakaan daripada cimeng.
Sekali lagi, gue nggak nyimeng
dan dukungan gue terhadap LGN bukan
untuk ganja rekreasi (sebutan pemanfaatan ganja untuk dihisap) tapi untuk
industri.
Membacalah, cari tahu dan elo
akan menemukan bahwa daun ganja dengan varian bernama HEMP banyak dimanfaatkan
untuk industri, dan mau diisep seladangpun HEMP tidak akan membuat elo giting. Go ahead, do your own research, Elo akan menemukan bahwa omongan gue ini benar. Bahkan waktu Dhira (ketua
Lingkar Ganja Nusantara) berdebat dengan juru bicara BNN, pihak BNNpun tidak
bisa menjawab hingga akhirnya cuma bisa menutup dengan ucapan “Kami hanya
menjalankan perintah Undang Undang”
Bagaimana dengan ucapan “Dari dulu ga akan pernah berhasil usaha
melegalkan ganja, usaha kali ini pun akan percuma”. Jawaban gue sederhana, dari kalimatnya aja
udah keliatan yang ngomong kayak gitu mentalitasnya pecundang. Hehe. Pemenang
akan berkata “Susah, tapi pasti bisa” Pecundang akan berkata “Susah, itu tidak
mungkin”. Bahkan Sejarah menyatakan bahwa belum tentu yang masyarakat umum
anggap benar itu adalah kebenaran yang sesungguhnya.
Contoh, dulu seluruh dunia berpikir bumi itu rata. Kita smua tahu
kini itu kesalahan yang tolol. Dulu, seisi bumi berpikir bumi itu pusat tata
surya. Galileo Galilei sampai mati dihukum karena dianggap penghinaan kepada
agama akibat keyakinannya bahwa mataharilah pusat tata surya. Copernicus
melanjutkan argumen Galilei dan sekarang kita semua tahu, siapa yang benar. Semua
fakta-fakta di atas, bisa jadi elo ga
percaya. Tapi ada satu hal yang harus dipahami, bahwa ganja bukan cuma
Masalah Giting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar