“Kau berkata cincin ini berbahaya, bahkan jauh lebih berbahaya dari yang kukira. Di sisi mana?”
“Di
segala sisi. Cincin itu kekuatannya lebih besar dari pada yang berani
kupikirkan, begitu kuatnya sehingga pada akhirnya dapat benar-benar menguasai
siapapun yang menjadi pemiliknya”
~
Frodo dan Gandalf, The Lord of the Rings~
Kisah cincin misterius bukanlah hal baru
dalam filsafat umat manusia. Sejak ribuan tahun lalu, cincin adalah lambang
kekuasaan. Sebuah mitologi
Yunani, The Ring of
Gyges adalah legenda yang mengawali kisah Lord of The Ring itu dibuat. Berkisah tentang cincin yang dapat
menjadikan pemakainya sakti, tidak bisa terlihat dan tak terjamah. Singkat cerita, berangkat dari seorang
gembala bernama Gyges yang memakai cincin itu tanpa rasa takut atas
hukuman dari raja. Dan kemudian ketika ia menemukan cincin itu, ia membalas dan
kemudian membunuh sang raja, lantas ia juga memperkosa sang ratu. Mungkin itu
semua cerita dari negeri dongeng yang dibuat-buat. Tapi jika ada, apa yang akan
dilakukan oleh anda ketika diberi cincin itu?
Seorang teman saya menggerutu beberapa
minggu lalu. Singkat percakapan saya dengan teman saya, saya singkat dan tuliskan dibawah ini:
(Teman): “Saya bingung dengan hukum disini (Indonesia), undang-undang tidak jelas begitu juga dengan pelaksanaan dan peradilannya.”
(Saya): “Iya, beberapa kasus memang begitu kejadiannya, terutama urusan tilang-menilang. Dari urusan nggak ada SIM, Helm dan kelengkapan berkendara lain.”
(Saya): “Ngomong-ngomong kamu selalu pake helm kan jika berkendara?”
(Teman): “Jelas! Musti taat hukum, sebagai warga Negara yang baik”
(Saya): “terus kalau berkendara sekitar gang atau kompleks gimana? Masih menggunakan helm?”
Glaucon berkata “ Manusia yang berbuat
curang, tetapi dinilai baik oleh masyarakat akan lebih bahagia hidupnya
daripada orang baik yang dinilai curah oleh masyarakat.” Siapa yang bisa
menjamin atau memastikan kita atau teman kita akan tetap berbuat baik menurut hukum
ketika diberikan cincin yang membuat
kita menjadi tidak kelihatan tadi? Tentu ada juga orang yang baik walau sudah
diberikan kuasa. Karena tiap orang menurut saya, mempunyai tingkat sociometer yang berbeda-beda. Mungkin
sadar, kita melakukan hal baik karena hukum, bukan karena hakikat sebagai
mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu di mana pun ada hukum yang tidak jelas atau penegakannya yang lemah, di situ akan ditemukan kejahatan dan ketidakadilan. Tugas kita adalah mengenali hukum, membantu dan menjamin tegaknya supremasi hukum di Indonesia dengan sadar.
Contoh paling ideal ya percakapan saya tadi. Pernahkah
anda memperhatikan orang-orang yang mengendarai sepedar motor didalam kompleks
perumahan banyak yang tidak menggunakan helm. Mengapa demikian? Karena mereka
tahu didalam kompleks perumahan tidak ada polisi. Helm dikenakan karena takut
ditangkap polisi bukan untuk melindungi kepala mereka. Memangnya dikompleks
perumahan aspalnya
Lembek Kayak Pudding?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar