Prabowo dan Jokowi sukses membuat kita
melupakan sosok mantan Menko Polkam di era Megawati. SBY dan keputusan netral
beberapa bulan ini malah terlihat seperti presiden transisi. Bangsa Indonesia
seperti sudah siap menggelar karpet di pelantikan 20 Oktober nanti untuk Jokowi
(atau Prabowo jika memenangkan gugatan).
Para penggiring pasangan calon presiden
ke-7 untuk menuju tahta istana tidaklah harus melupakan mantan jenderal ini. SBY dengan keheningan dan
keprihatinan beliau terhadap masalah Indonesia tidak pantas untuk begitu saja
dilupakan. Secara politik dan berbagai aspek lain kita adalah Indonesia berbeda
sejak delapan tahun sebelumnya. Saya pribadi bisa mengatakan bahwa SBY adalah
presiden paling sukses saat ini.
Bahkan di era inilah sistem demokrasi
untuk memilih presiden ini dibangun. Pantaslah ia memenangkan pemilihan
presiden putaran kedua. Mau tidak mau atau suka tidak suka dengan setiap
tanggap beliau terhadap keadaan darurat, beliau adalah figur terbaik dari
berbagai pilihan presiden saat itu. Bahkan tidak ada presiden lain di Indonesia
yang berita korupsi bisa hampir tiap bulan menghias media, selain di era pak
Susilo Yudhoyono. Dan itu baik.
Bolak-balik berita korupsi di era SBY
adalah satu kabar baik bahwa beliau tidak main-main dengan kasus korupsi
termasuk korupsi yang berkubang di dalam partai Demokrat sendiri. Dalam ekonomi
pun—di luar kontroversi ketidakmerataan ekonomi kita menurut pendapat sebagian
ahli ekonomi—ekonomi Indonesia jauh lebih baik. SBY seperti membangun
kembali—mencoba memulihkan kembali—dana APBN yang morat-marit. SBY dinilai
berhasil menemukan dan menyusun kembali bagian-bagian Indonesia yang sudah
hilang.
Lantas dari semua pencapaian itu, apakah
SBY presiden yang sudah ideal? Tidak. Masih banyak kekurangan. Terlalu banyak
sesuatu yang seharusnya dikerjakan tapi tidak dilaksanakan. Pemerataan ekonomi
masih menjadi masalah. Tapi saya hanya mengajak kita realistis, tidak tutup
mata atas keberhasilan SBY. Tidak menghujat dan menghina SBY secara berlebihan.
Seolah-olah SBY setan yang entah datang dari mana. Apalagi di saat bersamaan
kita menyanjung presiden-presiden masa lalu yang seolah-olah jauh lebih
berprestasi. Memuja pula calon-calon presiden seolah-olah mereka sudah memanen
keberhasilan mereka dengan berbagai penghargaan sepuluh truk. Sedangkan SBY
tidak ada prestasi apa- apanya.
Setiap generasi punya masa sendiri.
Soekarno misalnya. Terlihat hebat karena hidup pada zaman perang kemerdekaan.
Belum tentu beliau juga akan hebat jika dia memimpin pada masa demokrasi dan
masa di mana gadis cantik Jakarta berkeliaran. Bayangkan bila Soekarno menjadi
presiden sekarang, mungkin Indonesia sudah dibawa bangkrut, terkucil, dan
terbelakang seperti Korea Utara dan Venezuela.
Ataupun seandainya SBY hidup pada masa
perjuangan kemerdekaan. Mungkin Indonesia membutuhkan waktu yang lebih lama
lagi untuk merdeka. Dengan sikapnya yang peragu, lamban, penuh pertimbangan,
dan sopan santun tingkat tinggi. Mungkin di buku sejarah akan lebih dipenuhi
deklarasi dan rapat ketimbang pergerakan. Memang akan menjadi kelemahan yang
sangat fatal bagi Indonesia saat itu.
Begitu juga Soeharto. Jika dia menjadi
presiden pada masa informasi dan teknologi seperti sekarang ini. Mungkin nasib The Smiling General ini akan sama dengan
Presiden Tunisia, Mesir, Libia dan diktator-diktator lainnya. Atau paling tidak
dia akan membuat Indonesia perang saudara seperti Presiden Suriah, Bashar
al-Assad.
Soekarno mungkin pemimpin terbaik pada
zamannya. Begitu juga Soeharto. Silahkan pemimpin sekarang mengkritik tapi
jangan dihina berlebihan. Biarlah orang tua mengenang dan menghantarkan
sanjungan bagi masa lalu. Mereka sudah tua, ingatan mereka lemah, wajar
melupakan penderitaan.
Kita generasi muda, konon kini hidup
pada zaman modern. Tidak boleh hanya sekedar mengandalkan ingatan. Ingatan
kadang menipu, ingatan kadang menjebak kita pada romantisme masa lalu. Tugas
kita mencari pemimpin masa depan, tidak baik hidup hanya diisi dongeng-dongeng
kemakmuran masa lalu. Yang sebenarnya hanya perasaan. Yang sebenarnya memang
hanya dongeng. Tapi dibalik itu kita hanya perlu mengingat satu hal, hari ini
sampai 20 Oktober nanti, presiden kita masih Susilo Bambang Yudhoyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar