Dawn of The Planet of The Apes dengan arahan baru dari Matt Reeves (lagi-lagi sutradara tak dikenal kecuali film Cloverfield) menggantikan suksesor sebelum Rupert Wyatt menggarap film lanjutan bersama dengan wabah flu simian.
Hal pertama dari film ini adalah special
effect film ini begitu mengagumkan. Bulu kera basah akibat siraman hujan,
mata dan emosi kera semua bisa dibaca—bahkan tanpa dialog. Film ini berjalan
dengan cepat dengan durasi dua jam dan mata kita akan dipaksa untuk melihat celah buruknya efek salah satu kera
yang sedang berkerumun. Namun tidak ada celah. Kampret. Plot Dawn of The
Planet of The Apes lebih mirip tangga naik—tidak ada satupun dari plot ini
membawa penonton untuk tenang dan kemudian memalingkan perhatian ke wajah
pasangan atau gebetan. Mungkin itu
mengapa kita akan mudah melupakan James
Franco di film pertama dan bisa terbawa ke dalam emosi para karakter CGI.
Matt Reeves sukses membuat
plot dan efek bukan sesuatu hal terpisah namun mereka berkerja sama membangun
koneksi emosi. 30 menit awal film ini akan menampilkan koneksi emosi antar
sesama kera. Dan itu amat baik. Karakter
kera seperti Caesar akan lebih terlihat bijaksana bahkan dengan emosi
dan hantaran satu kalimat. Karakter Koba akan terlihat lebih kompleks dan picik. Kecuali
Maurice dan Rocket akan sedikit mundur dari penampakan adegan film ini. Entah
kenapa. Namun, karakter Caesar benar-benar kuat dan menutupi itu.
Dawn of The Planet of The Apes
benar-benar menjadi kesempurnaan
dari serial Planet of The Apes. Minim
dialog minim pula aksi namun
berhasil membuat tiap adegan menjadi tak akan pernah dilupakan. Dan
seperti tangga naik adegan terakhir film ini akan sangat mencekam. Benar-benar
tak bisa ditebak. Tapi dengan
membuat klise dan pengulangan memori ke film sebelumnya. (Klise karena Caesar mengatakan tidak
akan membunuh kera dan Koba
(kera) malah tidak dianggap
kera dan dibunuh.)
Arahan Matt Reeves
memang luar biasa, film ini membuat kita dapat melihat dari berbagai sisi pandangan. Manusia buruk?
Kera buruk? atau lebih baik duduk diam dan berusaha menghindar dari jalan
perang? Sebagian besar
pemain karakter manusia bermain cukup baik, emosional dan jujur, mereka semua melakukan pekerjaan yang baik. Namun, Andy Serkis benar-benar mencuri pertunjukan dan memberikan kinerja brilian sebagai Caesar. Melihat Caesar benar-benar membuat kita tidak
sadar bahwa ini adalah animasi komputer. Emosi melalui kamera jarak dekat dan scoring
music memang membuat film ini sungguh mengesankan. Beberapa adegan seperi
laras tank dan diatas menara benar-benar diambil dengan cara menakjubkan.
Keren.
Kembali ke karakter dan akting Serkis dan Kebbell dalam wujud Caesar dan
Koba benar-benar membuat kita lupa bahwa ada sosok Gary Oldman disana. Kedua
kera itu benar-benar mencuri perhatian. Karakter manusia memang cukup tidak
berkembang di film ini.
Membandingkan film ini dengan Transformers benar-benar sangat pas. Karena
sama-sama mengandalkan CGI (Computer
Gateway Interface)—di Transformers orang-orang tak akan peduli dengan mimik
Optimus Prime atau karakter Optimus seperti apa. Beda di film ini. Melihat CGI
para kera seperti melihat kejadian sebenarnya.
Melihat bagian akhir Dawn of Planet of The Apes akan membuat
kita menanyakan apa berikutnya? Dan kapan mereka akan menguasai planet?
Perdebatan sekuel film ini memang rumit karena masih akan menunggu dua tahun
lagi. Penutup untuk Dawn of Planet of The
Apes atau bisa disebut The Apes on
The Horses, film ini pantas untuk dibeli DVD atau BLURAY atau membuat kita
untuk kembali membuka lemari DVD dan kemudian menonton ulang Rise of The Planet of The Apes. 9/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar