Pencalonan
Komisaris Jenderal menjadi pucuk pimpinan di korps kepolisian pun terancam
gagal. Budi Gunawan memang bukan orang baru di Jokowi, kenalan Megawati ini
sempat diajukan menjadi calon menteri dan KPK memberi warna merah untuk Sang
Budi. Tak heran, muncul pertanyaan ketika Presiden Jokowi memilih Budi Gunawan
sebagai calon tunggal Kapolri. Ada yang beranggapan, itu tekanan sejumlah elite
tertentu mengarahkan Jokowi untuk memberi Budi Gunawan jabatan meskipun
Presiden tahu nama tersebut masuk daftar yang diberi warna merah KPK.
Namun bagi KPK, penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka sudah sesuai prosedur hukum yang biasa mereka tempuh. Ketua KPK Abraham Samad menyatakan, lebih dari dua alat bukti yang dimiliki KPK. Hanya saja, pilihan waktu pengumuman status tersangka Budi Gunawan bersamaan dengan langkah Presiden mengajukan nama Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. KPK berhasil menunjukkan taji menjadi belanga ampuh untuk merebus koruptor-koruptor negeri tak terkecuali polisi.
Namun bagi KPK, penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka sudah sesuai prosedur hukum yang biasa mereka tempuh. Ketua KPK Abraham Samad menyatakan, lebih dari dua alat bukti yang dimiliki KPK. Hanya saja, pilihan waktu pengumuman status tersangka Budi Gunawan bersamaan dengan langkah Presiden mengajukan nama Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. KPK berhasil menunjukkan taji menjadi belanga ampuh untuk merebus koruptor-koruptor negeri tak terkecuali polisi.
Tapi taji
bukan berarti tak mungkin bengkok. Belanga pun tak mungkin tak dapat retak.
Belanga bernama KPK itu berusaha dipecahkan. Pada 19 Januari, seorang politisi
pendukung Jokowi, Sugianto Sabran laporkan Bambang Widjojanto, wakil ketua KPK
kepada Bareskrim karena dianggap merekayasa keterangan di MK mengenai sengketa
pilkada kota Waringin Barat. Sial betul belanga ini. Beruntun kemudian Abraham
Samad dan Adnan Pandu Pradja bergiliran dilaporkan. Karena Budi setitik ingin
menjadi Kapolri, berimbas rusak KPK sebelanga.
Belanga
KPK selama ini menjadi taji pemerintahan bersih berusaha dihancurkan, bahkan
tak luput di masa Jokowi yang konon menginginkan Indonesia tetap raya. Membuat
pidana seseorang atas perbuatan yang bukan tindak pidana orang tersebut membuat
kuali besar KPK menjadi retak. Kilatan dan bunyi mereka terlihat sumbang di
hadapan para politisi dan polisi korup. Semua upaya dilakukan untuk meretakkan
belanga, atau bahkan memecahkan mereka.
Tapi
belanga kuat bukan hadir dengan sendiri, ada sebuah hal membuat kuali besar ini
kuat. Dukungan bagi pimpinan KPK berdatangan. Kuali besar itu tidak sendiri,
masyarakat Indonesia membentuk dukungan untuk para pemimpin KPK. Setitik Budi
pun risau dan gundah saya pikir, tuntutan rakyat untuk Jokowi agar tidak
melantik seorang tersangka kasus menjadi risau. Gema Indonesia bersih dan raya
terdengar dimana-mana sebagai bentuk dukungan kepada KPK. Tak rela Budi setitik
ini membuat KPK nonaktif. KPK bukan lembaga dewa, bukan sebuah kuali yang tak
retak. Tapi melihat laporan beruntun dari peristiwa masa lalu hanya akan
seperti mereka ingin melihat KPK retak.
Karena
Budi setitik, rusak sana-sini, semua kacau. Entah apa berikut gebrakan Jokowi.
Diam saja? Membatalkan pencalonan Budi? Atau malah ikut menjadi nila dalam susu
di belanga? KPK yang tak lekang mungkin tak ada lagi. Mungkin tak lekang oleh
politisi tapi selalu terhambat ketika berurusan dengan kepolisian. Harus saya
akui memenjara Budi adalah hal sulit, karena kenalan Budi dalam politik partai
penguasa amat banyak. Lobian
paling adil bagi para politisi dan Sang nila adalah merelakan Budi tidak menjadi
Kapolri tanpa membuatnya menjadi tersangka. Terdengar lebih baik untuk Budi dengan
duit miliaran di rekening palsu itu diberi ke hakim untuk membebaskan beliau
dari status tersangka ketimbang menjadi mahar pemulus menjadi seorang Kapolri.
Setidaknya itu jalur aman untuk Budi dan Jokowi karib nilanya.
Peristiwa
ini membuat kita sadar, memberantas korupsi di Indonesia ini tidak mudah,
membangun belanga hebat bertahun-tahun pun bisa retak akibat nila setitik.
Kriminalisasi sampai hari ini masih berlanjut. Pekerjaan rumah besar bagi
pemerintahan Jokowi jika ingin terlihat anti korupsi. Surat pengaduan dan isu
bergantian masuk untuk meretakkan sebuah belanga. Kriminalisasi harus segera
berakhir. Belanga baru harus segara disiapkan. KPK, sang belanga tak boleh
hanya nampak kuat di hadapan para koruptor tapi lemah di hadapan polisi. Tak
boleh lagi ada Budi lagi dan nila lain jatuh di belanga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar