James Wan hidup dibesarkan oleh dunia horor dan
misteri—segala pujian patutlah disematkan mengingat film-film buatan Wan memang
sukses bergetayangan di hati para penikmat film. Wan mulai beralih dari horor
ke film balapan mobil, Furious 7.
Bentrok jadwal ini membuat film Insidious kali ini jatuh kepada sang penulis
naskah dan aktor Insidious yang berperan sebagai pembasmi hantu Specs, Leigh Whanell. Sudah lama berhubungan
dengan proyek Insidious sebagai pemain dan penulis naskah membuat Whanell
terbiasa dan paham akan cerita dan harus melampaui Wan.
Pilihan Wan kali
ini untuk memilih Whanell tepat—tidak seperti kasus Anabelle, kisah horor prekuel yang tak cukup memuaskan—kali ini
Insidious babak ketiga benar-benar amat memuaskan, bahkan melampaui babak-babak
Insidious sebelumnya.
Cerita berawal
dari beberapa tahun sebelum kasus Josh dan Renai Lambert, di mana Elise (Lis Shaye) memutuskan pensiun seperti
hal partner lamanya Carl (Steve Coulter).
Ancaman penglihatan kematian di masa depan menghantui Elise ketika ia mencoba
memasuki alam Further. Di tengah
pensiun muncullah Quinn Brenner (Stefanie
Scott) datang dengan masalah ibu dan mahluk yang tak bisa bernafas. Dari
sinilah masalah itu dimulai.
Memunculkan mahluk
tak bisa bernafas adalah hal tepat untuk sang sutradara Whanell untuk
menceritakan bagaimana Elise harus kembali dari pensiunnya dan membentuk tim
baru bersama Specs dan Tucker, lebih kecil dari iblis merah tetapi cukup
tangguh untuk membuat Elise kembali dari pensiunnya. Whanell memang harus
mendapat pujian lebih untuk menampilkan karakter Quinn tanpa menampilkan sisi
kecantikan melainkan seorang gadis tangguh yang berusaha bertahan hidup meraih
mimpi di tengah kehilangan seorang ibu. Lakon Stefanie Scott pun patut mendapat pujian.
Menarik di babak
ini adalah mahluk tak bisa bernafas berhasil mencuri perhatian. Menarik ketika
Whanell membuat penikmat babak ketiga ini tanpa perlu bertanya-tanya kisah awal
mahluk tak bisa bernafas. Ketegangan demi ketegangan dibangun perlahan sedikit
demi sedikit dengan 15 menit akhir sebagai puncak. Tentu mahluk tak bisa
bernafas tak sendirian disini, ada cameo
pengantin hitam dan mahluk-mahluk menyeramkan lain penghuni Further.
Rangkaian skenario
Whanell dalam melampaui Wan sukses besar, terlebih dalam pencapaian komedi dan
tentu kesetiaan Joseph Bisara, sang
komposer musik pengiring film horor Wan. Tentu film baik selalu punya sisi
buruk. Beberapa plot cerita memang amat disayangkan kurang berani diulik oleh
Whanell, beberapa masalah seharusnya bisa menjadi konflik, terutama dalam
mendukung sosok ayah agar terlihat amat menyebalkan. Melampaui Wan emang amat
berat, tuntutan lebih seram, lebih mencekam dan lebih menghibur menjadi dinding
yang harus dilampaui, terbukti sang sinematografi pengikut Wan tak sukses dalam
Anabelle. Namun lain Leonetti lain Whanell, Whanell bisa dibilang cukup sukses
melampaui Wan.
Di babak ketiga Insidious ini, pujian untuk Whanell
berhasil untuk membingkai puzzle besar dari babak film Insidious sebelumnya. Dari wanita hitam, dari awal mula Elise mulai
bergabung bersama Specs dan Tucker serta pemilihan alam Further. Menghadirkan James Wan dalam cameo film ini di teater pun amat lucu dan keren. Menonton Insidious babak ketiga ini memang direkomendasikan
untuk menjadikan tontonan babak awal dari film Insidious lainnya. Amat menegangkan! Sebuah pekerjaan rumah yang
terselesaikan dengan apik oleh Whanell.
Whanell tak harus
bertanya kepada Wan untuk membuat adegan mencekam, beberapa adegan sangat
mencekam melampaui Wan. Kejutan demi kejutan dikeluarkan sedikit demi sedikit
tanpa terburu-buru dengan tanpa bisa diperkirakan menjadi senjata andalan
Whanell. Wan memang beruntung kali ini. Beruntung karena pilihannya kepada
Whanell tak jadi bumerang. Beruntung lagi karena setelah ini, Insidious di
babak berikut mungkin akan tetap jatuh ke tangan Whanell. Minum kopi saja Wan.
8/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar