Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 08 Agustus 2015

Pusaka Raya nan Harum



Di mana sawah luas menghijau/Di mana bukit biru menghimbau/Itu tanahku, tumpah darahku/Tanah pusaka yang kaya raya/Harum namanya, Indonesia1

Indah terdengar lirik lagu “Indonesia Tumpah Darahku” karya Ibu Sud (1908-1993), seorang pemusik, pencipta lagu, penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia. Lewat lagu tersebut, wanita yang dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman itu2 menuturkan kepada kita warisan tanah tumpah darah yang kaya raya, berhiaskan sawah luas dan bukit biru. Cita-cita besar merebak dari lirik Ibu Sud demi harumnya Indonesia, tanah pusaka kita.

Menapaki usia 70 tahun, tanah pusaka kita tampaknya kian lama tak lagi kaya, apalagi kaya raya. Sawah-sawah berganti gedung bertingkat dan perumahan, bukit-bukit gersang—sama sekali tak tampak indah—bentangan langit bersambut asap polusi. Jika tanah tumpah darah Indonesia adalah manusia, tentulah ia rindu kembali mengharum, dengan kabar-kabar baik tentang namanya tersebar ke seluruh dunia.

Harum tanah pusaka memang harus tercium lagi di negeri-negeri lain. Maka mewarisi pulau-pulau zamrud khatulistiwa ini bukanlah perkara kecil. Kita, sebagai ahli waris, memiliki kewajiban dan tanggung jawab besar untuk menjaganya, memastikannya tetap kaya raya, dan menyemerbakkan keharuman namanya. Menjaga tanah pusaka Indonesia, layaknya seorang anak menjaga pusaka orang tuanya, harus kita lakukan dengan mengolah kekayaan alam Indonesia secara tepat guna demi kesejahteraan rakyat semesta. Kita harus mempertahankan kesatuan bangsa, karakter baik bangsa (ramah, tenggang rasa, dsb.), dan budaya baik bangsa sebagai modal pembangun negeri.


Indonesia harus jadi rumah yang nyaman bagi seluruh penduduknya, yakni kita semua. Sawahnya bagai tempat kita beristirahat, bukitnya tempat kita bersenda gurau, dan langitnya tempat kita menaruh harapan. Memastikan tanah pusaka Indonesia tetap kaya raya harus kita lakukan dengan melestarikan lingkungan dan mengelola sumber daya alam sebaik-baiknya. Untuk itu kita harus memberlakukan sistem ekonomi yang tepat, mengemas dan memasarkan produk dalam negeri secara kreatif, membuat peraturan niaga yang menguntungkan bangsa, dll.

Kekayaan negeri Indonesia bukan untuk dinikmati sekarang saja, tetapi harus bisa dinikmati juga oleh generasi-generasi pewaris di masa mendatang. Tentulah kita ingin mereka terus bisa melihat kenyataan subur makmur Indonesia—“sawah luas menghijau” dan “bukit biru menghimbau”—di zaman mereka.  Menyemerbakkan keharuman nama tanah pusaka Indonesia harus kita lakukan dengan karya-karya bermutu kelas dunia. Kita harus meraih pencapaian-pencapaian besar di bidang olahraga, militer, akademi, seni, industri, dll.  demi kemasyhuran Indonesia di jagat.

Harum Indonesia adalah harum kita. Artinya, perilaku dan pola pikir yang harum, tidak busuk, harus mewarnai hidup kita—supaya negeri kita pun harum. Biarlah harumnya seperti aroma lembut padi di sawah hijau dan aroma segar kembang di bukit biru. Tujuh puluh tahun sudah Indonesia merdeka menjadi pusaka kita yang terindah. Merayakan kemerdekaannya, lantunan lagu karya Ibu Sud kiranya kembali mengingatkan kita tentang kewajiban mengharumkan tanah air tercinta. Cita-cita besar dari lirik “Indonesia Tumpah Darahku” selamanya harus menjadi cita-cita kita, para pewaris pusaka raya nan harum.

Catatan
1 Ibu Sud. Indonesia Tumpah Darahku. Lirik bisa dilihat, antara lain, dalam situs Lirik Lagu Indonesia. <https://liriklaguindonesia.net/ibu-sud-indonesia-tumpah-darahku.htm>
2 Karya dan pengabdian Ibu Sud bagi Indonesia membentang dari zaman Belanda, zaman Jepang, hingga zaman Indonesia merdeka. Lihat “Sejarah Ibu Soed Pencipta ‘Tanah Air’” dalam situs Indonesia Berdendang. <http://www.indonesiaberdendang.com/2013/03/sejarah-ibu-soed-pencipta-tanah-air/>.
Tulisan yang saya tulis ini juga dapat ditemui di Komunitas Ubi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.