Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 05 September 2015

Hom Pim Pah Alaihom Gambreng


Sebelum permainan dimulai ada sebuah kata-kata ajaib yang tak boleh lupa diucap. Hom .. Pim .. Pah .. sebuah mantra unik sudah diucapkan, waktu kembali bergulir mundur mengingat kembali masa kecil, terutama untuk kita yang pernah merasakan kehidupan yang jauh dari alat-alat modern seperti TV dan permainan digital. Masa kecil begitu menyenangkan karena dengan riang gembira bermain bersama teman-teman, melakukan berbagai macam permainan tradisional. Lewat Hom Pim Pah, secara unik kita dilatih bagaimana memulai permainan dengan orang lain dengan cara yang menyenangkan.

Anak-anak di Indonesia dididik dengan cara-cara yang amat menyenangkan. Ada begitu banyak jenis permainan tradisional di Indonesia ini seperti Petak umpet, Dakon, Bentrik, Engkel dan masih banyak lagi jenis permainan. Menurut Zaini Alif, seorang peneliti permainan tradisional, di Indonesia sendiri ada lebih dari 200 jenis permainan tradisional. Semua permainan ini tak lepas dari sebuah mantra ajaib bergema Hom. Pim. Pah. Sebuah mantra untuk memulai permainan. Mantra yang menjadi pembuka dari sebuah konsep dasar ilmu pengetahuan.

Hom Pim Pah Alaihom Gambreng dimulai dari tiga orang anak berkumpul untuk memulai sebuah permainan. Sebuah konsep dasar tentang mengenal alam – manusia dan Tuhan dimulai dengan sebuah mantra ajaib. Dengan telapak tangan menengadah ke atas kemudian diayun-ayun seraya mengucapkan mantra, diakhiri dengan sebuah telapak lagi—entah hitam atau putih. Kelompok atau awal permainan di mulai dari sebuah bunyi bersuara Hom.


Hom. Bunyi Hom dalam mantra ajaib ini mengartikan Tuhan, diwujudkan dalam bentuk tangan yang menengadah ke atas dalam pengucapan mantra. Tuhan Sang pencipta dan pemilik tunggal segala hal di dunia, alam dan segala makhluk hidup. Saya dan tentu Anda sendiri tak pernah berpikir bahwa tak satu pun hal di dunia ini bukan ciptaan Tuhan—bahkan peralatan canggih Anda. Hom dan telapak tangan yang menengadah adalah awal sederhana untuk mengenal Tuhan. Tuhan yang menjadikan segala sesuatu—Tuhan yang mempertemukan sebuah pasangan yang saling mencintai dan menjalani kehidupan. Tuhan yang membuat tulisan ini dibaca oleh Anda.

Pim Pah Alai Hom. Yang dari Tuhan akan kembali lagi ke Tuhan. Kita yang melakukan permainan akan pasrah saja terhadap hasilnya, entah siapa yang menang atau kalah. Mantra gaib di awal permainan mengajarkan kepasrahan kita kepada Tuhan. Tanpa tahu tangan bagian mana yang akan ditunjukkan rekan permainan. Pasrah kepada Tuhan Sang pemilik, yang kita lakukan hanya berusaha sungguh dengan apa yang kita mainkan. Memasrahkan diri kepada Tuhan adalah hal yang rumit dilakukan, tanpa sadar manusia sebagai makhluk cerdas merasa seperti penguasa, bertindak sesuka hati terhadap alam dan kehidupan bahkan mencoba mencurangi Tuhan.

Gambreng! Tuhan berkata “Hai kamu semua”, Kamu yang diciptakan dan bernafas di bumi ini. Kamu itu dari Tuhan akan kembali lagi ke Tuhan. Tak ada yang bisa mencurangi Tuhan. Setiap kehidupan dan langkah permainan sudah diatur—sebuah konsep dasar kehidupan diajarkan dari kata-kata ajaib dengan seruan Gambreng. Sebuah seruan di mana menyingkirkan Tuhan dalam kehidupan adalah sesuatu hal yang salah. Menempatkan urusan kita jauh dari rancangan Tuhan adalah hal salah. Namun seruan tersebut tak berarti kita bermain tanpa serius di pekarangan Tuhan.

Bermain pada dasarnya mengenal kehidupan dengan cara yang amat menyenangkan. Mantra ajaib sederhana membuka cakrawala ilmu pengetahuan luas di depan mata—tentu permainan selanjutnya seperti petak umpet dan lain-lain kemudian juga mengajarkan itu. Tak peduli secanggih apa dan sesederhana apa permainan zaman sekarang, permainan tradisional masih terus mengajarkan sebuah nilai. Masa permainan adalah masa menyenangkan, tentu selalu ada kesempatan untuk berbuat curang—tapi bukankah itu hanya menghilangkan kesenangan itu sendiri? Gambreng! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.