Sebelum permainan dimulai ada sebuah kata-kata ajaib yang tak boleh lupa diucap. Hom .. Pim .. Pah .. sebuah mantra unik sudah diucapkan, waktu kembali bergulir mundur mengingat kembali masa kecil, terutama untuk kita yang pernah merasakan kehidupan yang jauh dari alat-alat modern seperti TV dan permainan digital. Masa kecil begitu menyenangkan karena dengan riang gembira bermain bersama teman-teman, melakukan berbagai macam permainan tradisional. Lewat Hom Pim Pah, secara unik kita dilatih bagaimana memulai permainan dengan orang lain dengan cara yang menyenangkan.
Anak-anak
di Indonesia dididik dengan cara-cara yang amat menyenangkan. Ada begitu banyak
jenis permainan tradisional di Indonesia ini seperti Petak umpet, Dakon,
Bentrik, Engkel dan masih banyak lagi jenis permainan. Menurut Zaini Alif, seorang
peneliti permainan tradisional, di Indonesia sendiri ada lebih dari 200 jenis
permainan tradisional. Semua permainan ini tak lepas dari sebuah mantra ajaib
bergema Hom. Pim. Pah. Sebuah mantra untuk memulai permainan. Mantra yang
menjadi pembuka dari sebuah konsep dasar ilmu pengetahuan.
Hom Pim
Pah Alaihom Gambreng dimulai dari tiga orang anak berkumpul untuk memulai
sebuah permainan. Sebuah konsep dasar tentang mengenal alam – manusia dan Tuhan
dimulai dengan sebuah mantra ajaib. Dengan telapak tangan menengadah ke atas
kemudian diayun-ayun seraya mengucapkan mantra, diakhiri dengan sebuah telapak
lagi—entah hitam atau putih. Kelompok atau awal permainan di mulai dari sebuah
bunyi bersuara Hom.
Hom. Bunyi
Hom dalam mantra ajaib ini mengartikan Tuhan, diwujudkan dalam bentuk tangan
yang menengadah ke atas dalam pengucapan mantra. Tuhan Sang pencipta dan
pemilik tunggal segala hal di dunia, alam dan segala makhluk hidup. Saya dan
tentu Anda sendiri tak pernah berpikir bahwa tak satu pun hal di dunia ini
bukan ciptaan Tuhan—bahkan peralatan canggih Anda. Hom dan telapak tangan yang
menengadah adalah awal sederhana untuk mengenal Tuhan. Tuhan yang menjadikan
segala sesuatu—Tuhan yang mempertemukan sebuah pasangan yang saling mencintai
dan menjalani kehidupan. Tuhan yang membuat tulisan ini dibaca oleh Anda.
Pim Pah
Alai Hom. Yang dari Tuhan akan kembali lagi ke Tuhan. Kita yang melakukan permainan
akan pasrah saja terhadap hasilnya, entah siapa yang menang atau kalah. Mantra
gaib di awal permainan mengajarkan kepasrahan kita kepada Tuhan. Tanpa tahu
tangan bagian mana yang akan ditunjukkan rekan permainan. Pasrah kepada Tuhan
Sang pemilik, yang kita lakukan hanya berusaha sungguh dengan apa yang kita
mainkan. Memasrahkan diri kepada Tuhan adalah hal yang rumit dilakukan, tanpa
sadar manusia sebagai makhluk cerdas merasa seperti penguasa, bertindak sesuka
hati terhadap alam dan kehidupan bahkan mencoba mencurangi Tuhan.
Gambreng! Tuhan
berkata “Hai kamu semua”, Kamu yang diciptakan dan bernafas di bumi ini. Kamu
itu dari Tuhan akan kembali lagi ke Tuhan. Tak ada yang bisa mencurangi Tuhan.
Setiap kehidupan dan langkah permainan sudah diatur—sebuah konsep dasar
kehidupan diajarkan dari kata-kata ajaib dengan seruan Gambreng. Sebuah seruan
di mana menyingkirkan Tuhan dalam kehidupan adalah sesuatu hal yang salah. Menempatkan
urusan kita jauh dari rancangan Tuhan adalah hal salah. Namun seruan tersebut
tak berarti kita bermain tanpa serius di pekarangan Tuhan.
Bermain
pada dasarnya mengenal kehidupan dengan cara yang amat menyenangkan. Mantra
ajaib sederhana membuka cakrawala ilmu pengetahuan luas di depan mata—tentu
permainan selanjutnya seperti petak umpet dan lain-lain kemudian juga
mengajarkan itu. Tak peduli secanggih apa dan sesederhana apa permainan zaman
sekarang, permainan tradisional masih terus mengajarkan sebuah nilai. Masa
permainan adalah masa menyenangkan, tentu selalu ada kesempatan untuk berbuat
curang—tapi bukankah itu hanya menghilangkan kesenangan itu sendiri?
Gambreng!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar