Ketika ditanya sejak awal dari penulisan blog ini, pertanyaan muncul
beriringan. ”Kenapa tidak menulis dengan bahasa yang baku, bukankah
mempergunakan dan mengenalkan bahasa Indonesia akan lebih “Indonesia” dan
nasionalis?” Itulah pertanyaan yang cukup sering dipertanyakan, dari awal blog
ini dibuat. Sebagai informasi, di kampus
tepatnya didalam komunitas gua
dikampus, baru hadir kelompok atau komunitas penulis yang hadir mengangkat
permasalahan bangsa. Tentu dengan bahasa penulisan yang lebih baik dan sama
benarnya. Kemudian pertanyaan pun kembali berdatangan dari mahluk purba nan
parsial yang membanding-bandingkan. Saling bergantian objek, berdasarkan tema
yang mereka angkat, cara penulisan mereka yang sukai.
Yang gua coba garis bawahi
pertama sebelum mengapa gua
mempergunakan gaya bahasa seperti ini adalah kadar kecintaan terhadap Indonesia
yang diukur dalam sebuah pemakaian bahasa. Termasuk dalam menulis dan
berbicara. Jauh 70 tahun sebelum artikel ini dibuat, bapak presiden pertama
kita Soekarno menggunakan bahasa Inggris dan Belanda ketika sedang berpidato
didepan ribuan masyarakat Indonesia. Berani bilang beliau tidak cinta
Indonesia?
Ragam bahasa tidak baku merupakan sistem
paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa ini lebih banyak
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam percakapan santai. Ketika gua menemukan bahan yang tepat untuk gua angkat diblog, ini artinya tugas
kedua adalah bagaimana cara mengolahnya. Bagaimana caranya gua membawa penonton
untuk memahami maksudnya. Tidak semua artikel gua bawain dalam olahan santai, ambil contoh TIDAK ADA ALASAN LAIN
dan PANTAU GEBRAKAN KAMI. Karena disana gua
taruh sesuatu, sesuatu yang disebut
dengan jiwa. Sesuatu agar elo bukan hanya mengingatnya, tetapi juga
membuat elo berperasaan sama dengan gua miliki ketika menulis tulisan
tersebut.
Dua buah kue dibuat, satu dengan berbahan dasar tepung berharga standar
dan satunya berbahan dasar tepung yang berharga lebih mahal, belum tentu kue
dengan berbahan dasar tepung mahal akan berkualitas dan enak dimakan oleh semua
kalangan. Price not mean Quality,
itulah yang mungkin bisa gua
gambarkan dalam bahasa. Pengolahan adalah sebuah tahap penting dalam menulis,
selain bahan dasar. Bahannya sempurna, tetapi pembaca tidak bisa menikmati.
Mungkin ada yang salah ketika kita mengolahnya. Penikmat atau konsumen juga
akan sangat membedakan hal ini. Dan blog ini saya sajikan untuk para pembaca
setia saya, yang menikmati gaya bahasa saya dan
Menghargai Olahan
berguna banget kk infonya, nice share. Silahkan berkunjung ke blog ku ya kk
BalasHapusjmovie
Terimakasih :))
Hapussemoga bukan hanya menjadi sekedar info.