Lahir pada Maret 1994, siapa
yang mengira seorang anak laki-laki yang biasanya mengamen dijalanan mendadak
menjadi selebritis yang mendunia. Siapa yang menyangka laki-laki yang lahir di
Canada ini akan menelurkan tiga album secara berurutan di setiap tahunnya mulai
dari 2010. Mungkin sekarang Justin Bieber bukanlah yang terbaik di industri
musik, tapi tetap tidak ada yang pernah menyangka setiap orang didunia pernah
membincangkan seorang bernama Justin Bieber. Mungkin dari kita banyak yang
bilang Jay Z lebih baik atau Adele atau Noah mungkin menurut elo yang lebih bagus dari Justin Bieber.
Berbicara terkenal ada satu
tokoh yang sedang favorit dibicarakan mengenai kelanjutan kepemimpinannya
diantara kasus yang berada disekitarnya. Bagaikan virus yang menular, satu per
satu orang terdekat SBY terseret dalam kasus korupsi. Dan kemudian ditengah
detik-detik tahun terakhir pemerintahan banyak orang mencoba membandingkannya
dengan pemerintahan Soeharto. SBY memang bukan Presiden terhebat Indonesia,
setidaknya terlalu dini untuk menyebut demikian. Tapi mengatakan bahwa Soeharto
lebih baik daripada SBY adalah pernyataan yang mengada ada. Saya akan coba
jabarkan mengapa.
Alasan utama, Soeharto katanya lebih baik adalah:
- Ekonomi
- Stabilitas dan keamanan
- Pembangunan
- Minim korupsi
Mari kita telaah satu persatu.
EKONOMI.
Betulkah era Soeharto lebih baik daripada SBY? Tolok ukurnya apa? Harga
yang lebih murah? Kenaikan harga, sesungguhnya adalah efek dari pertumbuhan
ekonomi. Kalau anda lihat Jepang, harga di sana tidak naik-naik sejak lama.
Tapi itu juga karena ekonomi Jepang sejak lama berantakan. Pertumbuhan
ekonominya minus. Saya bukan ekonom sehingga tidak bisa menjelaskan mengapa,
namun fakta tadi dengan mudah anda bisa temukan apabila anda rajin baca baca majalah
luar atau situs berita dari luar negri. Kenyataan bahwa harga harga naik,
sesungguhnya diikuti oleh daya beli masyarakat yang juga meningkat. Tidakkah
anda memperhatikan pertumbuhan kota kota di Indonesia? Di kota anda sendiri
mungkin? Saya sebenarnya juga enggan untuk mengakui ini mengingat saya sangat
keras mengritik SBY, tapi kenyataannya dalam 2 kali periode kepemimpinannya,
secara makro ekonomi kita bukan hanya membaik tapi menguat. Banyak yang bilang,
terakhir kali ekonomi Indonesia tumbuh 7% adalah pada era Soeharto, dan itu
memang benar. Tidak ada lagi Presiden yang bisa mencapai seperti itu hingga
hari ini, tapi 97 kita mulai merasakan krisis ekonomi gila gilaan dan 98 ketika
akhirnya krisis ekonomi tersebut mulai mencekik kelas menengah Indonesia, maka
desakan agar Soeharto turun semakin keras. Para pendukungnya melihat keadaan
sudah tidak memungkinkan, akhirnya lompat ke sekoci dan meninggalkan Soeharto. Apa
bedanya, krisis ekonomi global 1997 dan 2008 terhadap Indonesia?
Pada 97 kita roboh, pada 2008 kita bertahan bahkan, tumbuh!
Mengapa krisis ekonomi yang sama sama melanda dunia, berdampak beda
terhadap Indonesia? Karena tim ekonomi kedua pemerintahan beda kualitasnya.
Yang satu masih jadi kantong partai, yang satu lagi professional non partai. Yang
satu membuai rakyat dengan kemakmuran semu sementara tim ekonomi di 2008
berhasil membuat perekonomian Indonesia kuat karena dirinya sendiri. Bukan
karena aliran uang dari luar. Konsumsi dalam negeri Indonesia tinggi sehingga
tidak terpengaruh banyak terhadap krisis luar.
Justru ini juga yang menjadi Indonesia daya tarik bagi Negara Negara lain..
“Indonesians are still buying? At this
time? Well, since we cant sell these to our people, might as well sell these to
the Indonesians”
Dan itulah bagaimana Indonesia pada akhirnya jadi pasar bagi luar negri.
Sah sah aja bagi mereka, ini perdagangan. Kuncinya ada di tangan pemerintah
untuk menggenjot produksinya Indonesia juga. Melindungi pedagang pedagang
Indonesia dari hajaran produk impor. Sesuatu yang masih jadi Peer bagi
pemerintahan SBY. Tapi secara keseluruhan, mengatakan SBY lebih buruk dari
Soeharto secara ekonomi, adalah pernyataan yang nyasar.
STABILITAS DAN KEAMANAN
Katanya di era Soeharto semuanya lebih stabil, lebih aman, tidak ada
terorisme, tidak ada pemboman, tidak ada gangguan terhadap keamanan.
Ya jelas. Ibaratnya, kalau para penjahat jadi penguasa sebuah daratan dan
menjadikannya rumah, maka daratan itu akan tentram . Kalau daratan itu direbut
kembali oleh para jagoan, maka penjahat akan lakukan segala macam hal untuk
merebut kembali. Termasuk, dengan serangan serangan. Ketika Soeharto memegang
Indonesia, tidak ada yang bisa melawan. Media semuanya dibawah sensor Mentri
Penerangan dengan kalimat saktinya “Atas instruksi bapak Presiden”. Kalau ada
media yang membandel, dibredel dan ditutup. Siapapun yang berani menentang,
dihilangkan, kemungkinan besar dibunuh.
Ini bukan keamanan, ini pengekangan.
Ini pembungkaman.
Musti diingat, karena ini sejarah dan buku pelajaran sejarah jaman sekarang
tidak mengajarkan ini, bahwa ketika bulan Mei 98 BBM dinaikkan, lalu protes
bermunculan oleh para mahasiswa, tanggal 12 mei atas nama stabilitas dan
keamanan, peluru membunuh 4 aktivis Trisakti. Peluru tajam. Peluru tajam aparat
kita sendiri, menembus tubuh rakyat kita sendiri. Bisa keluar dari markas
mereka membawa peluru tajam untuk menghadapi mahasiswa Indonesia saja sudah
patut untuk dipertanyakan. Ini mahasiswa Indonesia. Bukan tentara Belanda yang ga bisa move on dan pengen menjajah kita kembali. Ini rakyat Indonesia. Ini rakyatnya
Soeharto.
Setelah itu selama 3 hari berturut turut dari 13 sampai 15 mei, kerusuhan
terbesar yang jadi bagian tergelap dari Indonesia pecah. Pemerkosaan.
Pembunuhan. Penjarahan. Pembakaran. Ini stabilitas yang dipuja puji tersebut? Belum
lagi nama nama aktivis yang hilang pada masa tersebut dan tidak pernah kembali,
bagaimana nasib orang tua mereka? Istri dan anak mereka? Untuk setiap orang
yang bilang bahwa Indonesia lebih enak di era Soeharto, beranikah mereka
berkata demikian di hadapan seorang Ibu yang tubuhnya lemas, kuyu tapi matanya
masih tajam membara menuntut kejelasan dan keadilan karena anaknya hilang?
Di era SBY, kebebasan berpendapat memang membawa bingkisan bau amis.
More freedom sometimes means more problems.
But as you grow, you realize that the
more problems we face AND dealt with, the more we grow better as a person.
Kuncinya
memang, menyikapi kebebasan dengan kedewasaan dan kecerdasan. Bukan hidup dalam
kekangan sangkar emas bertuliskan “BEBAS” dari untaian berlian.
PEMBANGUNAN
Soeharto disebut “Bapak Pembangunan”. Katanya tidak ada orang lebih hebat
dari Soeharto soal pembangunan. Menurut
saya, siapapun Presidennya, kalau punya waktu 32 tahun untuk menjabat ya pasti
bisa melakukan pembangunan yang signifikan.
Lagi pula pertanyaannya, dalam 32 tahun pemerintahan Soeharto, memangnya
yang dibangun Indonesia atau Jawa? Bukankah
pasca era Soeharto yang disayangkan semua orang adalah pembangunan yang tidak
merata dan sentralistik. Makanya Jakarta jadi kota tujuan semua orang dari
seluruh pelosok Indonesia.
Ini kan sebuah permasalahan yang mudah untuk dipahami: Why does everybody goes to Jakarta? Because that’s where the money is.
In other words, there are no money in other places in Indonesia. Lagipula,
bicara pembangunan infrastrukur, yang merasakan jembatan layang, jalan tol,
sekolah sekolah bagus, fasilitas kesehatan yang mumpuni, dan lain-lain kan
Jakarta. Bukan kota lain. Sekarang justru kota kota seperti Semarang, Solo, Palembang, Medan,
Makassar, Pekanbaru, Padang, termasuk Bandung dan Surabaya yang dari dulu sudah
dianggap maju, dan masih banyak lagi kota kota lain di Indonesia, mengalami
pertumbuhan infrastruktur yang hebat Lagipula, mengatakan Soeharto adalah bapak
pembangunan, memberi kesan lupa bahwa 30% dana pembangunan Republik Indonesia
selama 32 tahun Soeharto memimpin, menghilang ditelan Soeharto dan kroninya
total sebesar 350
Triliun dari APBN. Ini bukan hanya fakta yang ditemukan oleh kita
sendiri di Indonesia, fakta ini ditemukan oleh Transparency International, majalah
TIME asia, dan masih banyak lagi. TIME asia bahkan sampai dituntut oleh keluarga
Soeharto yang berakhir pada kekalahan keluarga Soeharto. Dalam konteks
pembangunan, Soeharto inc (julukan majalah TIME asia untuk Soeharto dan
kroninya) menguasai property seluas 3.6 juta hektar. Tahu ga itu sebesar apa?
Itu sebesar Negara Belgia.
MINIM KORUPSI
Sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi setelah keterangan di atas, tapi
untuk menambah warna pada bagian ini, saya mau mengingatkan mengapa hari ini
korupsi kesannya merebak dan dulu tidak. Perhatikan baik baik: Bedakan antara
tidak ada korupsi, dan korupsi tidak pernah diberitakan. Tidak ada berita
tentang korupsi, bukan berarti tidak ada korupsi. Seperti yang tertulis di atas
tadi, jaman dulu pemberitaan dikontrol rezim Soeharto. Kalau ada yang
memberitakan, dibubarkan. Hari ini, justru kita harusnya bahagia dengan adanya
segala pemberitaan korupsi di media. Karena itu berarti, korupsinya ketauan dan
diproses. Tentu prosesnya tidak sempurna, karena tidak mudah membongkar dan
menghilangkan kebiasaan yang sudah dibenarkan selama 32 thn oleh Soeharto Korupsi
sudah jadi kebiasaan dan dianggap benar. Orang jaman skarang susah untuk terima
bahwa “mark up” adalah korupsi. Kenyataannya ya memang mark-up itu korupsi.
Supaya gampang memahami mark up adalah korupsi, tanyakan saja diri anda
sendiri: Ketika anda me-mark-up sesuatu, orang lain tahu tidak? Atau klien anda
tahu tidak? Kalau anda diam diam melakukannya, maka ada unsur pembohongan
disitu.
Perlawanan terhadap korupsi jadi perjuangan bersama, karena prakteknya
sampai kepada sekitar kita.
Sepanjang tulisan ini, jelas bahwa merasa era SBY lebih buruk dari era
Soeharto adalah benar benar kesalah pahaman yang cenderung aneh. Belum tentu
prestasi SBY tentunya, tapi yang pasti ERAnya SBY lebih baik. Saya rasa era ini
hasil kerja sama rakyat Indonesia yang memperjuangkan kebaikan untuk Indonesia,
di bawah kepemimpinan SBY
Lets be real
here.
Masak iya SBY lebih buruk daripada Soeharto? Dosanya SBY adalah: Cemen.
Tidak bisa tegas menindak dosa dosa orang lain yg merusak Indonesia. Diam di
saat banyak gangguan terhadap kebhinnekaan, gangguan dalam
bentuk korupsi (termasuk di bawah hidungnya sendiri) Sementara, dosanya
Soeharto adalah: Dia pelaku
dosanya. Bersama kroninya, hingga kini telah menghilangkan 350 triliun
uang rakyat dan tidak pernah kembali
TAPI,
Menutup tulisan ini, saya mau mengumumkan bahwa Soeharto menang atas SBY
dalam 2 hal:
- Senyum. He’s the smiling general. Soeharto senyum mulu kerjaannya (then again, joker laugh all the time too) sementara SBY mukanya selalu manyun.
- Hobi. Soeharto, hobinya adalah main burung perkutut dan menyalakan mesin koleksi Harley-nya (hasil gratifikasi tentunya) tapi hanya didengarkan suaranya. Kadang sesekali keliling rumahnya, dibonceng. Sementara SBY hobinya bikin album. Bahkan 3 album. Di sini Soeharto menang, hobinya Soeharto rada membumi, sementara hobinya SBY rada
Mirip Justin
Bieber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar