Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Rabu, 19 Juni 2013

Riuh BBM

Sewaktu pulang dari Kupang, teman saya bertanya dengan heran kepada saya.  Selain bercerita betapa beruntungnya dia bisa berada di NTT dan dalam rangka revitalisasi posyandu di sana, sesuatu yang sangat dibutuhkan banyak masyarakat. NTT adalah propinsi dengan angka kematian anak tertinggi di Indonesia.  Dia heran jarak antara Kupang dan perbatasan Timor Leste 140km—kurang lebih jarak Jakarta-Bandung lewat Cipularang— menghabisi sekitar delapan jam perjalanan, beda dengan Jakarta Bandung yang hanya dua jam.

Mengapa hal seperti itu bisa terjadi di Indonesia? Jawabannya adalah infrastruktur.  Pemerintah Indonesia, tidak terlihat konsisten dalam niatnya membangun Indonesia karena terutama di Indonesia Timur, infrastruktur yang abangan membuat saudara-saudara kita di sana tidak bisa mendapatkan kesempatan yang adil.

Saya tahu anda masuk ke blog ini untuk membaca tentang kenaikan BBM, anda mungkin bingung mengapa jadi membaca tentang infrastruktur. Jawabannya adalah, karena saya ingin memberikan gambaran umum mengenai pentingnya pembangunan dan perbaikan infrastruktur di Indonesia untuk menstimulasi kesejahteraan masyarakat. Sehingga ketika anda tahu bahwa alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur (di APBN tulisannya: belanja modal) kecil, anda akan kaget dan mempertanyakan di mana keseriusan pemerintah.

Apalagi karena siapapun yang menolak kenaikan BBM dengan alasan kasian kepada rakyat kecil harusnya tahu bahwa kalau memang peduli kepada rakyat kecil, harusnya uangnya dialihkan kepada infrastruktur seperti apa yang direncanakan pemerintah.

Mengapa harga minyak dunia meningkat? Sederhana saja, minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat terbarukan. Kelak akan habis. Sementara, jumlah manusia yang mondar mandir di atas Bumi meningkat terus. Kalau ada barang dagangan yang menipis dan yang mau beli jumlahnya banyak, pasti harga akan naik. Seperti cinta saya. Saya cuma punya cinta sedikit, yang pengen cinta dari saya banyak, walhasil cinta saya mahal. Hehehe.

Kembali ke BBM, dari penuturan di atas berarti kita sama-sama sepakat bahwa harga minyak dunia akan terus naik. Kalau kita terus menerus mensubsidi, maka lama-lama jumlah subsidinya akan terus naik dan semakin memberatkan APBN.

Cadangan BBM yang Indonesia miliki, yang diperkirakan masih tersisa dalam bumi pertiwi, akan habis 25 tahun dari sekarang. Kalau habis, berarti 100% kebutuhan BBM kita akan import dari asing, pada saat itu terjadi maka kita mau tidak mau harus pakai harga dunia dan akan sangat berat.

Bahkan negara lain sering bertanya “Bagaimana, Indonesia sudah menarik pajak dari BBM?”. Kita akan jawab boro-boro, ngurangin subsidi aja diprotes hehehe. Ya, betul sekali. Negara lain mulai menarik pajak dari penggunaan BBM sebagai diinsentif penggunaan BBM. Bahasa sederhananya, supaya orang males pake BBM.

Mengapa orang harus dibuat males? Supaya membuka jalan untuk pengembangan energi alternatif. 
Di Indonesia pengembangan energi alternatif tidak berjalan. Tidak ada investor yang mau masuk ke area itu. Mengapa? Karena harga BBM di Indonesia murah. Energi alternatif yang mereka akan tawarkan tidak akan bisa bersaing harga. Saya tahu ini karena beberapa waktu lalu saya bertanya kepada banyak pihak mengapa di Indonesia tidak ada yang mengembangkan tenaga matahari, atau arus bawah laut dan masih banyak lagi potensi energi alternatif terbarukan yang Indonesia miliki. Bahkan negara negara lain mengakui, Indonesia adalah rumah untuk sumber sumber energi alternatif terbarukan terbesar di dunia. Tapi mengapa tidak ada yang mengembangkan? Jawabannya, karena mahal dan tidak dapat bersaing dengan BBM yang masih murah di Indonesia.

Jadi apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia seharusnya? Pertama, saya tidak pernah suka dengan BLT dan juga BLSM. Saya bingung dengan praktek dan efektifitasnya. Dibandingkan negara-negara lain yang menjalankan program seperti BLSM, Indonesia ternyata angka kebocorannya terrendah. Tidak membuat saya tenang. Itu seperti “Naik mobil ini gapapa kok, kecelakaannya lebih sedikit. Tetep nabrak, tapi sedikit.”

Kenaikan BBM harusnya tidak dilihat dari urusan defisit anggaran saja seperti yang selama ini diperdebatkan. Lenaikan BBM harus dilakukan karena memang hal yang benar. Menurut SUSENAS, Survey Ekonomi Sosial Nasional, yang menikmati subsidi BBM hanya 10% masyarakat teratas di Indonesia.  Aneh menurut saya karena masyarakat bawahpun mendapatkan efek dari kendaraan umum yang dia gunakan dan harga harga pokok kan juga terpengaruh dari BBM.

Kedua, jika memang peduli kepada penggunaan energi alternative, harus dipaksa untuk mengurangi penggunaan BBM dengan menaikkan harga sehingga ada peluang untuk mengembangkan energi alternative (demandnya ada) dan bisa bersaing secara harga. Di sini saya setuju.

Ketiga alasan pengalihan sisa dana untuk infrastruktur. Karena sudah saya jelaskan di awal bahwa infrastruktur penting

“The Future Of Freedom” karya Fareed Zakaria, Disitu tertulis, dan ini didukung dengan sumber-sumber lain yang saya baca di internet: Negara yang masih mengandalkan natural resources tidak bisa berkembang secara ekonomi. Negara yang ekonominya tidak berkembang, susah untuk bisa meraih kebebasan dari demokrasi yang benar. Ada satu hal yang disebut illiberal democracy alias demokrasi pura pura, contohnya pemerintahan Presiden Soeharto.

Mengapa kalau mengandalkan natural resource tidak bisa mengembangkan ekonomi? Karena bisnis sumber daya alam bisa berjalan tanpa fundamental perekonomian yang sehat.

Salah satu contoh sederhananya, bisnis SDA tidak menarik banyak SDM . Padahal menurunkan angka kemiskinan bisa dilakukan dengan membuka lahan pekerjaan seluas luasnya, sementara bisnis di Indonesia belum memiliki ekosistem yang cocok. Ekosistem terhadap bisnis belum cocok karena masih bergantung kepada bisnis berbasis Sumber Daya Alam.

Contoh, Venezuela. Kaya akan sumber daya alam memiliki simpanan minyak bumi terbesar di dunia di luar Negara Negara timur tengah, lama berkutat di sana, akhirnya economic mismanagement yang berujung kepada political corruption

Perubahan ekonomi yang lebih baik selalu dalam sejarah dan hingga hari ini, mengakibatkan perubahan ke arah pemerintahan yang lebih sehat.

Jadi sekarang pertanyaannya, masih mau berlama lama mengandalkan minyak bumi? Atau mau mulai berani menatap masa depan, dengan memanfaatkan potensi yang kita punya?

Kalau anda memilih untuk menatap masa depan dan memanfaatkan potensi yang kita punya, maka anda akan setuju untuk mulai membuka potensi dan peluang untuk eksplorasi sumber energi alternatif terbarukan. meninggalkan industri berbasis sumber daya alam, yang berarti anda juga pro terhadap pemanfaatan energi alternatif yang berarti juga anda setuju terhadap kenaikan harga bbm karena itu akan membuka potensi dan peluang untuk eksplorasi sumber energi alternatif terbarukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.