Sewaktu pulang dari
Kupang, teman saya bertanya dengan heran kepada saya. Selain bercerita betapa beruntungnya dia bisa
berada di NTT dan dalam rangka revitalisasi posyandu di sana, sesuatu yang
sangat dibutuhkan banyak masyarakat. NTT adalah propinsi dengan angka kematian
anak tertinggi di Indonesia. Dia heran
jarak antara Kupang dan perbatasan Timor Leste 140km—kurang lebih jarak
Jakarta-Bandung lewat Cipularang— menghabisi sekitar delapan jam perjalanan,
beda dengan Jakarta Bandung yang hanya dua jam.
Mengapa hal seperti
itu bisa terjadi di Indonesia? Jawabannya adalah infrastruktur. Pemerintah Indonesia, tidak terlihat
konsisten dalam niatnya membangun Indonesia karena terutama di Indonesia Timur,
infrastruktur yang abangan membuat saudara-saudara kita di sana tidak bisa
mendapatkan kesempatan yang adil.
Saya tahu anda masuk
ke blog ini untuk membaca tentang kenaikan BBM, anda mungkin bingung mengapa
jadi membaca tentang infrastruktur. Jawabannya adalah, karena saya ingin
memberikan gambaran umum mengenai pentingnya pembangunan dan perbaikan
infrastruktur di Indonesia untuk menstimulasi kesejahteraan masyarakat.
Sehingga ketika anda tahu bahwa alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur
(di APBN tulisannya: belanja modal) kecil, anda akan kaget dan mempertanyakan
di mana keseriusan pemerintah.
Apalagi karena
siapapun yang menolak kenaikan BBM dengan alasan kasian kepada rakyat kecil
harusnya tahu bahwa kalau memang peduli kepada rakyat kecil, harusnya uangnya
dialihkan kepada infrastruktur seperti apa yang direncanakan pemerintah.
Mengapa
harga minyak dunia meningkat? Sederhana saja, minyak bumi adalah sumber energi
yang tidak dapat terbarukan. Kelak akan habis. Sementara, jumlah manusia yang
mondar mandir di atas Bumi meningkat terus. Kalau ada barang dagangan yang
menipis dan yang mau beli jumlahnya banyak, pasti harga akan naik. Seperti
cinta saya. Saya cuma punya cinta sedikit, yang pengen cinta dari saya banyak, walhasil cinta saya mahal. Hehehe.
Kembali
ke BBM, dari penuturan di atas berarti kita sama-sama sepakat bahwa harga
minyak dunia akan terus naik. Kalau kita terus menerus mensubsidi, maka lama-lama
jumlah subsidinya akan terus naik dan semakin memberatkan APBN.
Cadangan
BBM yang Indonesia miliki, yang diperkirakan masih tersisa dalam bumi pertiwi,
akan habis 25 tahun dari sekarang. Kalau habis, berarti 100% kebutuhan BBM kita
akan import dari asing, pada saat itu
terjadi maka kita mau tidak mau harus pakai harga dunia dan akan sangat berat.
Bahkan
negara lain sering bertanya “Bagaimana, Indonesia sudah menarik pajak dari
BBM?”. Kita akan jawab boro-boro, ngurangin subsidi aja diprotes hehehe. Ya,
betul sekali. Negara lain mulai menarik pajak dari penggunaan BBM sebagai
diinsentif penggunaan BBM. Bahasa sederhananya, supaya orang males pake BBM.
Mengapa
orang harus dibuat males? Supaya
membuka jalan untuk pengembangan energi alternatif.
Di Indonesia
pengembangan energi alternatif tidak berjalan. Tidak ada investor yang mau
masuk ke area itu. Mengapa? Karena harga BBM di Indonesia murah. Energi
alternatif yang mereka akan tawarkan tidak akan bisa bersaing harga. Saya tahu
ini karena beberapa waktu lalu saya bertanya kepada banyak pihak mengapa di
Indonesia tidak ada yang mengembangkan tenaga matahari, atau arus bawah laut
dan masih banyak lagi potensi energi alternatif terbarukan yang Indonesia
miliki. Bahkan negara negara lain mengakui, Indonesia adalah rumah untuk sumber
sumber energi alternatif terbarukan terbesar di dunia. Tapi mengapa tidak ada
yang mengembangkan? Jawabannya, karena mahal dan tidak dapat bersaing dengan
BBM yang masih murah di Indonesia.
Jadi apa
yang harus dilakukan pemerintah Indonesia seharusnya? Pertama, saya tidak
pernah suka dengan BLT dan juga BLSM. Saya bingung dengan praktek dan
efektifitasnya. Dibandingkan negara-negara lain yang menjalankan program
seperti BLSM, Indonesia ternyata angka kebocorannya terrendah. Tidak membuat
saya tenang. Itu seperti “Naik mobil ini gapapa kok, kecelakaannya lebih
sedikit. Tetep nabrak, tapi sedikit.”
Kenaikan BBM
harusnya tidak dilihat dari urusan defisit anggaran saja seperti yang selama
ini diperdebatkan. Lenaikan BBM harus dilakukan karena memang hal yang benar.
Menurut SUSENAS, Survey Ekonomi Sosial Nasional, yang menikmati subsidi BBM
hanya 10% masyarakat teratas di Indonesia. Aneh menurut saya karena
masyarakat bawahpun mendapatkan efek dari kendaraan umum yang dia gunakan dan
harga harga pokok kan juga terpengaruh dari BBM.
Kedua, jika memang
peduli kepada penggunaan energi alternative, harus dipaksa untuk mengurangi
penggunaan BBM dengan menaikkan harga sehingga ada peluang untuk mengembangkan
energi alternative (demandnya ada) dan bisa bersaing secara harga. Di sini saya
setuju.
Ketiga
alasan pengalihan sisa dana untuk infrastruktur. Karena sudah saya jelaskan di
awal bahwa infrastruktur penting
“The Future
Of Freedom” karya Fareed Zakaria, Disitu tertulis, dan ini didukung dengan
sumber-sumber lain yang saya baca di internet: Negara yang masih mengandalkan natural resources tidak bisa berkembang
secara ekonomi. Negara yang ekonominya tidak berkembang, susah untuk bisa
meraih kebebasan dari demokrasi yang benar. Ada satu hal yang disebut illiberal democracy alias demokrasi pura
pura, contohnya pemerintahan Presiden Soeharto.
Mengapa
kalau mengandalkan natural resource tidak bisa mengembangkan ekonomi? Karena
bisnis sumber daya alam bisa berjalan tanpa fundamental perekonomian yang
sehat.
Salah satu
contoh sederhananya, bisnis SDA tidak menarik banyak SDM . Padahal menurunkan
angka kemiskinan bisa dilakukan dengan membuka lahan pekerjaan seluas luasnya,
sementara bisnis di Indonesia belum memiliki ekosistem yang cocok. Ekosistem
terhadap bisnis belum cocok karena masih bergantung kepada bisnis berbasis
Sumber Daya Alam.
Contoh,
Venezuela. Kaya akan sumber daya alam memiliki simpanan minyak bumi terbesar di
dunia di luar Negara Negara timur tengah, lama berkutat di sana, akhirnya economic mismanagement yang
berujung kepada political corruption
Perubahan
ekonomi yang lebih baik selalu dalam sejarah dan hingga hari ini, mengakibatkan
perubahan ke arah pemerintahan yang lebih sehat.
Jadi
sekarang pertanyaannya, masih mau berlama lama mengandalkan minyak bumi? Atau
mau mulai berani menatap masa depan, dengan memanfaatkan potensi yang kita
punya?
Kalau anda
memilih untuk menatap masa depan dan memanfaatkan potensi yang kita punya, maka
anda akan setuju untuk mulai membuka potensi dan peluang untuk eksplorasi
sumber energi alternatif terbarukan. meninggalkan industri berbasis sumber daya
alam, yang berarti anda juga pro terhadap pemanfaatan energi alternatif yang
berarti juga anda setuju terhadap kenaikan harga bbm karena itu akan membuka
potensi dan peluang untuk eksplorasi sumber energi alternatif terbarukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar