Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Senin, 23 September 2013

Shave for Hope : Harus Tersenyum Bukan Berjuang



Secara filosofi, senyum adalah ekspresi optimisme dan harapan. Sebuah ungkapan rasa senang ataupun bahagia. Rasa bahagia inilah yang membuat seseorang yang tersenyum, mengeluarkan energi positif pada sekelilingnya. Tentu kita lebih senang bergaul dengan orang-orang yang tersenyum ketimbang para pemarah.

Hal ini pun berlaku sama dengan senyum para harapan masa depan, anak-anak. Keindahan masa depan bangsa ini harus berangkat dari sebuah senyum. Masa depan harus berangkat dari sebuah optimisme dan harapan. Masa depan juga orangtua memiliki sebuah harapan dari anak-anak ini. 

Harapan yang dimulai dari mereka harus menikmati masa kecil mereka. Senyum dari masa kecil mereka akan membuat mereka optimis dan bercita-cita. Tak dapat kita bayangkan bagimana jika anak-anak tumbuh tanpa senyum dan harapan. Tentu masa depan negeri ini kelak tumbuh tanpa arah yang jelas. Senyum anak-anak menjadi dasar sebuah optimisme dan harapan negeri.

Pertanyaan kemudian terlintas di pikiran kita. Mungkin terlintas dibenak kita yang dekat dengan realita anak-anak. Tak semua anak-anak menikmati masa kecilnya. Tak semua anak-anak memiliki optimisme, cita-cita, bahkan harapan untuk masa depan. Tak semua anak-anak menjalani hidup mereka dengan senyuman.

Para anak penderita kanker, di umur mereka yang seharusnya diisi dengan bermain, berlari dan bergurau dengan teman-teman seumuran, malah harus berjuang melawan penyakit yang mereka pun tentu tak menginginkan. Mereka tak lagi bisa menikmati masa kecilnya denan senyuman. Belum lagi latar belakang mereka, berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Para anak penderita kanker terlebih dari keluarga yang kurang mampu seolah-olah dilahirkan tanpa harapan oleh lingkungan dan kondisi. Belum lagi kemoterapi  yang membuat terlihat berbeda, mereka harus kehilangan rambut mereka. Mereka seperti terlahir dengan tak pantas untuk tersenyum dan memiliki cita-cita. Hal ini bukan suatu hal yang baik. Mereka juga anak-anak. Mereka pantas untuk tersenyum. Mereka punya harapan untuk di masa depan.

Siapa yang menjadi harapan mereka untuk tersenyum? Jawabannya adalah kita, kita yang masih bisa tersenyum. Kita yang masih punya harapan untuk masa depan kita ini (baca: seluruh anak-anak). Harapan kita adalah seluruh anak tanpa terkecuali, harus mendapat hak untuk menikmati masa kecil mereka. Harapan kita adalah semua anak termasuk anak-anak penderita kanker bisa turut tersenyum dan menjadi masa depan.

Yayasan Pita Kuning Indonesia membuat sebuah program untuk memberi anak-anak pendeita kanker harapan. Shave for Hope adalah acara nonprofit dimana donatur akan donasi sejumlah uang untuk tiap kepala yang dicukur. Dalam aksi ini, peserta laki-laki rambutnya dicukur habis atau disisakan sepanjang satu sampai dua sentimeter. Sedangkan untuk perempuan dicukur di (posisi) atas bahu.

Tahun ini, tak cuma digelar di Jakarta, Shave for Hope sendiri juga telah diadakan di Bandung, Surabaya serta Yogyakarta.  Disebutkan, secara total di empat kota, Shave for Hope tahun ini berhasil mengumpulkan 3.000 peserta. 3000 orang turut berjuang untuk melawan kanker. Mereka menggantikan peran anak-anak penderita kanker untuk berjuang. 3000 orang dengan harapan, rambut mereka yang dicukur dapat menjadi harapan dan senyuman bagi anak-anak penderita kanker.

Shave for Hope mengajak kita untuk berjuang untuk anak-anak penderita kanker. Biarkanlah anak-anak penderita kanker sama seperti anak-anak lainnya turut menikmati masa kecilnya, bermain, belajar dan bercanda dengan teman sebaya. 3000 relawan mempunyai visi sama, rambut mereka bisa tumbuh lagi setelah dipotong tetapi harapan hidup untuk anak-anak kanker?

Anak-anak penderita kanker harus tetap tersenyum, mereka harus optimis bahwa penyakit mereka bisa sembuh. Tak perlu memikirkan biaya, karena kita yang berjuang, kita yang memikirkan dan mendonasikan rambut kita. Demi harapan mereka, demi senyum mereka, demi masa depan Indonesa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.