Secara
filosofi, senyum adalah ekspresi optimisme dan harapan. Sebuah ungkapan
rasa senang ataupun bahagia. Rasa bahagia inilah yang membuat seseorang yang
tersenyum, mengeluarkan energi positif pada sekelilingnya. Tentu kita lebih
senang bergaul dengan orang-orang yang tersenyum ketimbang para pemarah.
Hal ini pun berlaku sama dengan senyum para harapan masa depan,
anak-anak. Keindahan masa depan bangsa ini harus berangkat dari sebuah senyum.
Masa depan harus berangkat dari sebuah optimisme dan harapan. Masa depan juga
orangtua memiliki sebuah harapan dari anak-anak ini.
Harapan yang dimulai dari mereka harus menikmati masa kecil
mereka. Senyum dari masa kecil mereka akan membuat mereka optimis dan
bercita-cita. Tak dapat kita bayangkan bagimana jika anak-anak tumbuh tanpa
senyum dan harapan. Tentu masa depan negeri ini kelak tumbuh tanpa arah yang
jelas. Senyum anak-anak menjadi dasar sebuah optimisme dan harapan negeri.
Pertanyaan kemudian terlintas di pikiran kita. Mungkin
terlintas dibenak kita yang dekat dengan realita anak-anak. Tak semua anak-anak
menikmati masa kecilnya. Tak semua anak-anak memiliki optimisme, cita-cita,
bahkan harapan untuk masa depan. Tak semua anak-anak menjalani hidup mereka
dengan senyuman.
Para anak penderita kanker, di umur mereka yang seharusnya
diisi dengan bermain, berlari dan bergurau dengan teman-teman seumuran, malah
harus berjuang melawan penyakit yang mereka pun tentu tak menginginkan. Mereka
tak lagi bisa menikmati masa kecilnya denan senyuman. Belum lagi latar belakang
mereka, berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Para anak penderita kanker terlebih dari keluarga yang kurang
mampu seolah-olah dilahirkan tanpa harapan oleh lingkungan dan kondisi. Belum
lagi kemoterapi yang membuat terlihat
berbeda, mereka harus kehilangan rambut mereka. Mereka seperti terlahir dengan
tak pantas untuk tersenyum dan memiliki cita-cita. Hal ini bukan suatu hal yang
baik. Mereka juga anak-anak. Mereka pantas untuk tersenyum. Mereka punya
harapan untuk di masa depan.
Siapa yang menjadi harapan mereka untuk tersenyum? Jawabannya
adalah kita, kita yang masih bisa tersenyum. Kita yang masih punya harapan
untuk masa depan kita ini (baca: seluruh anak-anak). Harapan kita adalah
seluruh anak tanpa terkecuali, harus mendapat hak untuk menikmati masa kecil
mereka. Harapan kita adalah semua anak termasuk anak-anak penderita kanker bisa
turut tersenyum dan menjadi masa depan.
Yayasan Pita Kuning Indonesia membuat sebuah program untuk
memberi anak-anak pendeita kanker harapan. Shave for Hope adalah acara
nonprofit dimana donatur akan donasi sejumlah uang untuk tiap kepala yang
dicukur. Dalam aksi ini, peserta laki-laki rambutnya dicukur habis atau
disisakan sepanjang satu sampai dua sentimeter. Sedangkan untuk perempuan
dicukur di (posisi) atas bahu.
Tahun ini, tak cuma digelar di Jakarta, Shave for Hope
sendiri juga telah diadakan di Bandung, Surabaya serta Yogyakarta. Disebutkan, secara total di empat kota, Shave
for Hope tahun ini berhasil mengumpulkan 3.000 peserta. 3000 orang turut
berjuang untuk melawan kanker. Mereka menggantikan peran anak-anak penderita
kanker untuk berjuang. 3000 orang dengan harapan, rambut mereka yang dicukur
dapat menjadi harapan dan senyuman bagi anak-anak penderita kanker.
Shave for Hope mengajak kita untuk berjuang untuk anak-anak penderita
kanker. Biarkanlah anak-anak penderita kanker sama seperti anak-anak lainnya
turut menikmati masa kecilnya, bermain, belajar dan bercanda dengan teman
sebaya. 3000 relawan mempunyai visi sama, rambut mereka bisa tumbuh lagi
setelah dipotong tetapi harapan hidup untuk anak-anak kanker?
Anak-anak penderita kanker harus tetap tersenyum, mereka
harus optimis bahwa penyakit mereka bisa sembuh. Tak perlu memikirkan biaya, karena kita yang
berjuang, kita yang memikirkan dan mendonasikan rambut kita. Demi harapan
mereka, demi senyum mereka, demi masa depan Indonesa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar