Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Senin, 25 November 2013

Dari Kotoran Luwak ke Kreatifitas


Kopi luwak semakin mendunia, seluruh orang mencarinya. Seluruh dunia sudah mulai mengenal apa itu kopi luwak. Kopi yang terkenal dengan julukan The Most Expensive Coffee in the World ini sudah dapat dinikmati hampir diseluruh belahan dunia. Hal ini tentu merupakan kabar menggembirakan untuk Indonesia sebagai produsen kopi luwak terbesar dan terbaik di dunia.

Berbicara soal kopi, tak bisa dipungkiri kalau minuman pengusir kantuk ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ia menjadi minuman kesayangan bagi para pekerja pinggiran, juga minuman gaul para eksekutif muda. Bahkan saat ini semakin banyak bertebaran franchise kopi instan (blender) yang membidik pasaran anak muda.

Di kawasan ASEAN sendiri, Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil. Tak heran mengapa seluruh dunia mengawasi bisnis kopi di Indonesia dengan berbagai kreatifitasnya.

Kembali ke luwak dan kopinya, Kopi luwak indonesia adalah yang paling banyak diminati di dunia. Saat ini salah satu negara yang sangat berminat dengan kopi luwak adalah Korea. Negara ini sudah mulai banyak mengimpor kopi luwak Indonesia setiap tahunnya. Orang Korea tergila-gila dengan kopi luwak Indonesia.

Memang unik ketika kita berbicara kopi luwak, seunik binatang penghasil kopi termahal sedunia ini. Luwak adalah binatang sejenis musang yang gemar memakan buah kopi. Bisa dibilang, luwak adalah salah satu musuh dari para pekerja kebun kopi dulunya.

Pekerja perkebunan yang ingin sekali mencicipi biji kopi hasil kerja keras mereka kemudian mendapati luwak pemakan buah kopi ini, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak dicerna sama sekali. Pekerja perkebunan kemudian memungut biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dicuci, disangrai, ditumbuk dan diseduh dengan air panas.

Siapa sangka pekerja perkebunan ini dengan seksamanya memperhatikan luwak makan dan membuang kotoran. Padahal sangat sedikit dari kita, mau memperhatikan hal-hal kecil apalagi melihat hasil pembuangan. Mungkin para era tanam paksa, Belanda menilai luwak adalah salah satu musuh dari kebun kopinya tetapi pekerja perkebunan nan kreatif ini malah berfikir lain.

Sebuah pengamatan seorang pekerja perkebunan dan kotoran luwak menghasilkan sebuah ide mahal. Sebuah kenikmatan kopi aromatik yang akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, dan menjadikan kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Bahkan kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.

Dapat disimpulkan, pekerja perkebunan tersebut adalah orang kreatif dan cerdas. Orang-orang kreatif memang sangat dibutuhkan negara kita, orang-orang memperhatikan hal kecil dan menjadikannya sebuah ide yang mahal. Banyak ide hebat memang terlahir dari hal kecil, dan kopi luwak adalah salah satunya.

Mungkin pada waktu itu, pekerja perkebunan bisa menangkap dan menghabisi luwak itu seperti hama perusak kebun biasanya. Tetapi pekerja perkebunan tersebut memilih menunggu dan mengamati. Tak perlu buru-buru, Indonesia pun sudah dan akan terlahir lebih banyak lagi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memberi waktunya mengamati dan membuat nama Indonesia harum dan nikmat, senikmat kopi termahal ini—kopi luwak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.