Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Jumat, 19 September 2014

Mengakhiri Dengan Indah

Siapa tidak mau kisah buatan kita diakhiri dengan indah? Tentu semua orang akan menjawab mau dan akan berusaha menentukan akhir kisah mereka dengan akhir indah. Bahkan serial televisi Power Rangers pun memiliki cara tersendiri untuk mengakhiri adegan meledak bagian tubuh monster yang telah mereka kalahkan. Hal ini membuat saya merenung apa yang akan dilakukan pak SBY dan kabinet untuk mengakhiri era dalam bulan terakhir mereka di pemerintahan.

Beberapa bulan ini akan terlihat betapa pak SBY akan sangat berusaha untuk menjadi presiden terbaik dalam era demokrasi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat akan diprioritaskan untuk membuat akhir indah untuk masa kepemimpinan beliau. Lantas termasuk menolak menaikkan harga BBM kah?

Ya benar. Kebijakan ini awal mula memang bom waktu, kelak tak akan bisa terus memakai subsidi dan SBY tentu sudah tahu itu. Dan tentu SBY sudah memperkirakan dana mereka tak mampu untuk terus mengelola subsidi di tahun 2014 dan 2015. Lantas bagaimana? SBY tanpa latar belakang politik, malah sangat baik dalam politik kali ini—bukan pertama kali memang. SBY akan “bunuh diri” jika menaikkan harga BBM saat ini. Presiden kita ini tidak mau menaikkan harga BBM di era pemerintahan beliau. Baik sekali bukan?

Terdengar pro rakyat memang. Pantaslah pak Jokowi pun begitu memaksakan beliau segera menaikkan harga—Jokowi pun tak mau terdengar tidak memihak kepada wong cilik. Tak mau nanti akan terdengar di halaman depan koran atau media televisi koalisi partai oposisi “Langkah pertama Jokowi di pemerintahan membunuh rakyat”. PDIP dulu terkenal dengan seolah olah “memihak rakyat kecil” dengan menolak kebijakan BBM tapi sekarang mereka tak mau SBY melimpahkan beban berat tidak memihak kepada rakyat. Menarik sekali bila melihat dinamika politik ini.

Sama seperti naik turun kondisi APBN kita sekarang ini. Seperti sesak nafas. Kemampuan fiskal pemerintah kembang kempis. Sampai 4 kali SBY menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN. Tapi kali ini SBY tidak mau, tentu tidak mau citra beliau buruk di mata orang. Berusaha mengakhiri era pemerintahan dengan akhir indah. Simalakama memang. Dua-dua dari sosok ini sama-sama ingin citra baik.

Kali ini langkah perbaikan citra SBY sangat buruk dan akan bertambah buruk jika Jokowi pun akan ikut-ikut dengan tidak mau menaikkan harga. Karena konon alkisah jika pemerintah mau aman, pencitraan adalah langkah tepat—langkah politik harus terlihat pro rakyat. Pencitraan politik tentu tidak salah. Tidak pula sejahat yang orang-orang sering pikirkan akibat media oposisi. Susah untuk menjadi tidak populer di era demokrasi. Rembesan tidak populer bahkan akan berdampak sampai di pemilu berikut.

Suka atau tidak suka, Jokowi harus berani untuk tidak populer di awal pemerintahan. Jokowi harus memastikan, harga BBM akan dinaikkan saat beliau mulai menjabat sebagai presiden seusai 20 Oktober 2014 mendatang. Jokowi pun perlu mendengar pendapat ahli ekonomi untuk memberikan masukan pada mereka secara hitung-hitungan, seberapa jauh devisa negara masih bisa menahan subsisdi yang sudah bocor di sektor energi.

Mencari akhir indah ini adalah keinginan SBY dan terlebih partai Demokrat. Langkah politik ini harus dipastikan pak Jenderal 10 tahun ini dengan amat hati-hati. Mengambil momen-momen genting untuk mengakhiri jabatan dengan indah. ISIS misal. Bahkan UU MD3 pun adalah kesempatan untuk SBY mengakhiri jabatan dengan indah. Akhir indah memang jika SBY pun memihak demokrasi dan menolak rancangan UU MD3 dari koalisi merah putih. SBY mau akhir indah di akhir jabatan? Ini adalah waktu yang tepat.

Langkah SBY untuk menolak menaikkan harga BBM di tengah sesak anggaran adalah cara beliau untuk mengakhir jabatan dengan indah. Paling tidak citra Demokrat terangkat lagi setelah Jero Wacik terangkap. Tentu tak ada yang menyalahkan langkah ini, saya pun tidak—tapi jika melihat rakyat seperti dipermainkan lama-lama juga bisa gerah. Sekarang giliran SBY, berani menentukan menjadi presiden terbaik Indonesia dalam era demokrasi? menjadi seorang pahlawan seperti kisah Power Rangers atau memilih menjadi presiden sama dengan Romeo di kisah Romeo dan Juliet?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.