Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 15 November 2014

Sialan dan Umpatan Lain dari Ahok

Sejarah baru sedang kita buat. Begitu ucapan Jokowi ketika mengucapkan pidato di depan para relawan beriringan dengan kemenangan beliau dalam pemilihan umum presiden 2014. Sepertinya hal itu lebih pantas disematkan dalam pidato pelantikan Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Ahok. Bagaimana tidak? Dia adalah orang cina (begitu biasa sematan orang-orang menyebut suku Tiong Hoa) pertama dan sialannya dia orang Kristen pertama yang memimpin ibukota Indonesia, Jakarta. Sial bagi beberapa warga Jakarta dan sial juga bagi pak Ahok yang menjadi bulan-bulanan rasis dari sebagian warga Jakarta.

Ahok memang kerap dikenal dengan berbagai celotehan mendekati umpatan yang ia lontarkan. Dari umpatan kepada murid-murid dengan menggunakan seragam sekolah putih abu-abu yang melakukan tindakan kriminal membajak bus kota sampai umpatan lain kepada warga Muara Baru. Entah apa pikiran Ahok ketika melontarkan pernyataan itu, begitu kata sebagian warga Jakarta (sensitif ini). Mereka sampai lupa pencapaian Ahok karena kaget mendengar umpatan dari sang Gubernur (sekarang).

Seleksi dan pelayanan publik menjadi sorotan utama dari pencapaian Ahok. Beliau memang tak suka dengan urusan berbelit-belit, termasuk dalam melontarkan umpatan ketika sedang marah. Bukankah warga Jakarta juga ingin seperti maunya Ahok? Dan bukankah warga Jakarta memang kerap mendengar umpatan di ibukota yang keras ini? Bukankah ucapan seperti itu memang pantas untuk orang-orang bebal yang tidak mau diurus dengan baik?

Lantas jika memang begitu kondisi ini, apa salah Ahok? Mari melihat lebih jauh dari tatanan pemimpin Jakarta, bahkan bang Ali pun cukup sering memaki atau kalau kita tarik lebih jauh lagi. Walikota Jakarta yang pertama, Suwiryo juga pernah marah-marah di depan publik. Kali ini dia berkata pada reporter harian Merdeka yang ditujukan kepada pemimpin-pemimpin yang mengungsi ke Yogyakarta agar jangan sok tahu. Karena tidak tahu situasi sehari-sehari yang dihadapi orang orang Republik yang bertahan di Jakarta menghadapi NICA.
Jadi sebenarnya tidak ada yang aneh, bagi Gubernur atau pemimpin Jakarta yang temperamental. Saya tidak tahu tentang Foke. Konon beliau adalah sosok galak dan pemarah. Jadi buat apa omongan Ahok dimasukkan ke hati? Saya pun akan marah pula jikalau Ahok marah tanpa sebab, tiba-tiba menambahkan kata sialan dalam jeda atau menambah kalimat “kampret kalian semua” di akhir pidato beliau. Sepanjang itu bertujuan baik dan membawa efek jera. Kenapa tidak.

Tapi memang repot kalau ukuran orang baik dilihat dari tingkat kesopanan atau kepatutan. Apalagi ada istilah pemimpin adalah cermin bawahan. Banyak orang mungkin takut kebiasaan Ahok mengumpat ditiru bawahan. Lantas jika begitu analoginya, kenapa tidak sekalian mengadaptasi integritas dan etos kerja Ahok? Bukankah sebaik-baiknya cermin kita perlu sering mengelap/membersihkan, membersihkan emosi yang tidak bisa dikontrol kemudian tetap becerminkan etos kerja dan integritas.

Ya susah memang jadi pegawai di sebuah kebun besar seperti Jakarta, apalagi pelayan Cina dan Kristen, salah-salah jika si pelayan buruk dalam pekerjaan, semua bisa menjadi masalah besar. Tapi pelayan tetap tidak boleh mengendurkan semangat pekerjaan, etos kerja dan integritas menjadi umpatan utama untuk melawan kekampretan Jakarta. Bahkan pula harus diberi bumbu makian untuk para kampret-kampret yang bebal dan tak mau diurus benar.

Untuk urusan makian Ahok, saya tak akan ambil pusing, masih banyak permasalahan di ibukota yang lebih memusingkan ketimbang sialan dan umpatan lain dari seorang Gubernur keturunan Tiong Hoa ini. Lebih baik kita saling memberi senyuman, jabatan tangan, dan ucapan selamat mengiring dilantiknya Ahok menjadi Gubernur Jakarta. Sesama warga Jakarta berkumpul dan bersatu membuat sebuah era baru, Jakarta baru dan sejarah ini baru sedang kita buat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.