Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 11 Juli 2015

Serakah Media Sosial

Pengguna media sosial di Indonesia semakin bertumbuh seiring meningkatnya masyarakat yang terhubung internet. Data terakhir Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menunjukkan terdapat 63 juta rakyat Indonesia yang terkoneksi dengan dunia maya, dan 95 persennya adalah para pemain media sosial. Fakta tidak berhenti sampai di sana, menurut data Global Web Index Survei, Indonesia merupakan negara yang dipenuhi dengan penduduk yang tergila-gila dengan media sosial karena aktivitas warganya di jejaring sosial itu mencapai 79,72 persen, tertinggi di Asia. Tidak bisa kita mungkiri anak muda dan untuk keseluruhan orang-orang Indonesia, sosial media sudah seperti kerupuk atau sambal dalam setiap santapan, bahkan seperti air putih setelah makan.

Fakta di atas pun menunjukkan angka-angka yang amat tinggi. Namun sebenarnya tak pantas diperdebatkan, tak perlu membahas siapa peringkat pertama pengguna media sosial di dunia. Toh jumlah kependudukan di Indonesia pun cukup banyak. Lebih banyak dari Jepang sebagai perancang teknologi dan bahkan lebih banyak dari Kanada dan benua Australia. Sosial media di masyarakat kenal internet memang seperti air putih setelah makan, kegiatan adalah menu utamanya. Dalam setiap kegiatan sosial media selalu menjadi kegiatan tambahan setelah beraktivitas. Unggah status, foto dan video berdempetan, berimpit memenuhi ruang media sosial.

Kebiasaan Indonesia untuk bercakap-cakap dan berkomunikasi mungkin salah satu alasan mengapa Indonesia begitu tertarik bermedia sosial. Semarak lintas internet di langit khatulistiwa pun diramaikan kedatangan aplikasi-aplikasi percakapan setengah media sosial. Aplikasi-aplikasi ini menambah semarak lalu lintas  sinyal internet di angkasa Indonesia. Patutlah setiap media sosial yang muncul lantas dikerubungi oleh penikmatnya.  Jumlah media sosial yang masuk dan kemudian digandrungi oleh masyarakat Indonesia bukanlah sebuah masalah utamanya. Masalah utama kini adalah seberapa bermanfaatnya ketergantungan kita terhadap media sosial. Apalah arti air putih yang berlebihan setelah kita makan? Bukankah membuat mual?
Media sosial untuk anak-anak muda dan penggunanya kini akan kian bermasalah tanpa mengetahui fungsi dari sosial media sejatinya. Seperti situs blogger atau wordpress yang dipergunakan untuk situs porno atau mengunggah dan menyebarkan karya seni bajakan. Atau seperti facebook yang lebih sering melintas video seronok dan unggah-unggah penuh kebencian dari pengguna ketimbang ajang reuni dan percakapan nan harmonis. Mungkin seperti twitter dengan konsep unik untuk berbagi informasi dan ilmu malah sering menjadi ajang mencela lawan yang berbeda pendapat dengan kita, menjadi sebuah arena baru dalam perang digital. Serakah bermedia sosial menghilangkan keindahan media sosial ketika pertama kalinya ia dibuat. Media sosial yang hadir untuk menutupi kehausan kita akan informasi lebih cepat dan komunikasi lebih ringkas kini terlihat berlebihan karena serakah menggunakannya.

Media sosial sepatutnya dapat menjadi jembatan untuk berkarya. Tanpa karya, bermedia sosial lantas seperti menganyam keranjang tanpa dijual atau tanpa menjadikannya hiasan rumah berisi buah. Kecanduan kita akan media sosial seharusnya seiring dengan karya yang dihasilkan dalam media sosial. Bermedia sosial. Seharusnya pun sosial pula. Tak lagi hanya sekedar asyik dengan diri sendiri, mendapatkan informasi dari media sosial dan sekeliling kita menjadikan informasi yang kita dapat menjadi relevan dan berguna. Mengikuti arus media sosial pun menjadi tak masalah jika hadir sebuah buah karya baru dan tren media.

Bermedia sosial seharusnya bias amat menyenangkan dan bermanfaat. Kegandrungan dan kecanduan kita memang mungkin tak dapat diobati lagi, maka dari itu alangkah eloknya jika bias dimanfaatkan. Memahami keberagaman pandangan dan pola pikir setiap pengguna media sosial adalah hal yang menarik bagi saya. Bermedia sosial memang seperti minum air, memulihkan dan mengisi kembali tenaga dan suntuk—namun hal berbeda jika terlalu berlebihan dan serakah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.