Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 03 Oktober 2015

Kenapa Saya Menggemari Barcelona?

Catatan rekor apik Guardiola dalam membawa Barcelona memenangi tiga gelar dalam semusim  adalah hal yang amat luar biasa. Sebuah pencapaian yang membuat repot pelatih-pelatih Barcelona berikutnya, untuk memiliki tuntutan wajib mendapat tiga gelar dalam tahun pertamanya. Setelah era keemasan Barcelona, orang-orang dari seluruh penghujung dunia, laki-laki dan perempuan, mungkin jika terdapat kolom klub sepakbola kegemaran dalam formulir pendaftaran, mereka tentu menjadikan Barcelona sebagai tim sepakbola favoritnya. Tapi bukanlah Guardiola yang membuat saya jatuh cinta kepada Barcelona, namun Rijkaard—seorang mantan pemain Belanda yang sekarang namanya tak melintas lagi di media Eropa.

Rijkaard adalah pelatih Barcelona kala itu, waktu di mana saya memutuskan harus mendukung siapa dalam sepakbola seiring kegemaran saya bermain winning eleven. Perkara-perkara radikal seperti pilihan untuk mencintai sesuatu bukanlah hal yang pantas buat diatur-atur. Begitu pula dengan keputusan untuk menyukai sepakbola, olahraga yang kini menjadi sasaran empuk industrialisasi. Ada yang menyukainya, ada pula yang tidak. Bagi sebagian orang, sepakbola memiliki keindahan yang jauh lebih hebat daripada romantisme yang kerap digadang-gadang Edward Anthony Masen Cullen dan Isabella Marie Swan dalam saga film “Twilight”. Hal ini bisa didapatkan dengan menggemari Barcelona kala itu.

Eto-Ronaldinho-Giuly serta disokong Iniesta-Xavi-Motta merupakan permainan indah yang begitu enak dipandang mata—saya hampir lupa bahwa permainan indah tentu amat tak berarti jika tak bisa meraih prestasi. Ya pada waktu itu dan tahun terakhir Barcelona hanya mendapat satu gelar turnamen piala. Hal yang cukup buruk untuk saya yang baru menggemari Barcelona, saya bahkan ingat bagaimana Gol Reyes bagi Real Madrid yang menentukan posisi La Liga kala itu.
Permainan indah memang menjadi ciri permainan Barcelona, permainan yang membuat saya selalu menikmati pertandingan Barcelona sampai saat ini. Sentuhan kaki lewat operan pendek dan akurasi bahkan tak jarang operan tak kurang dari satu meter dengan cepat pun dilakukan. Dengan taktik seperi  ini membuat saya tak begitu kagum dengan rekor akurasi umpan pendek Xavi, Iniesta dan Busquets—mereka hanya akan mengumpan kepada  temannya dengan amat  dekat, cepat, dan tentu tanpa kawalan. Saya tahu hal ini kelak mungkin akan berubah seiring kebutuhan sepakbola modern—hal yang coba dibuktikan mantan pelatih Gerardo “Tata” Martino namun gagal. Sepakbola total yang menjadi akar permainan ini sukses dibawa Riijkaard dan menjadi darah permainan tim Katalan dan kelak disempurnakan oleh Guardiola dan Enrique dengan cara mereka masing-masing. Maaf untuk tidak mencantumkan nama Tata.

Guardiola dan Enrique serta Riijkaard pun bukan orang asing dalam publik Barcelona sebelum mengambil kepelatihan, mereka sudah pernah berseragam Biru dan Merah. Mereka adalah orang-orang yang sering berjalan di pinggir jalan di Barcelona dan mampir hanya untuk sekedar membeli bakso atau mata pisau cukur. Barcelona adalah tim yang tahu bagaimana menghargai para mantan pemainnya—tak jarang pemain-pemain Barcelona pun sampai saat ini selalu ada dalam daftar staf, direksi, atau pelatih. Mereka yang dibina Barcelona lah yang mempertahankan tradisi dan menjadi urat nadi Barcelona.

Mempertahankan tradisi kian lama makin sulit, terlebih pelatih, presiden dan direksi memiliki tuntutan besar demi menghindari hujatan media dan penggemar. Demi menghindari judul berita utama bahwa  Messi sedang tidak bahagia. Tradisi Barcelona yang memiliki akademi luar biasa dengan puluhan anak-anak muda hebat yang kelak menjadi tulang punggung Barcelona di tim utama pun kian sulit. La Masia (sebutan untuk sekolah Barcelona) dalam era Guardiola terciptalah pemain hebat seperti Pedro dan  Busquets masuk dalam tim utama. Riijkaard dengan Messi dan Iniesta dan Enrique dengan Sergi Roberto dan Rafinha. Padahal tradisi yang sistematis ini adalah alasan utama saya yang bukan warga Katalan ini untuk mencintai klub yang bermarkas di Nou Camp itu
.
Mencintai klub tanpa memiliki cela memang tak mungkin pernah ada di industri sepakbola. Hal ini adalah alasan terkuat kita mencintai sebuah klub, keinginan untuk melihat klub menjadi lebih baik dalam urusan prestasi dan internal klub. Setiap pelatih memiliki era dan kebiasaan masing-masing dan selalu memiliki cara baru untuk mencapai kesuksesan, walau kadang mungkin akan gagal. Sebagai penggemar yang kita lakukan mungkin hanya mengkritisi kebijakan, mengeluhkan permainan, bersorak dan merayakan kemenangan, membeli pernak pernik—menggemari dan terus mendukung. Toh Barcelona tidak akan menjadi bukan sekedar klub kalau tidak mewakili aspirasi warga Katalan dan penggemar dari benua lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.