Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 28 November 2015

Bagaimana Jika Dunia Benar-benar Adil?



Entah mengapa terlalu banyak dari kita mengeluh soal betapa tidak adilnya hidup yang diberikan Tuhan kepada kita? Entah mengapa keluhan ini terdengar lebih gaung ketimbang gundah para pasangan LDR ataupun beda agama yang menjadikan lagu “Peri Cinta” sebagai mars kisah mereka. Kondisi tidak adil dalam hidup, menjadikan orang-orang kini berpikir dunia pasti akan lebih baik jika keadilan ditegakkan. Sebuah dongeng di mana keadilan adalah satu-satunya jawaban untuk membuat dunia lebih baik bahkan memiliki kecenderungan sempurna.

Mengikat sama Putus. Menggantung  sama tinggi. Mereka ingin sebuah tindakan yang sepadan untuk sebuah tindakan—setiap hak dan kewajiban—tanpa ada perbedaan. Menimbang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim. Kondisi ideal seperti ini yang membuat orang berpikir, jika dunia berdampingan dengan adil maka akan membuatnya jauh lebih baik.

Situasi ini kian lama kian berubah ketika mereka mulai dirugikan karena sebuah perihal sepele. Satu botol untuk setiap orang terasa adil bagi panitia untuk tiap pelari dari berbagai negara. Namun tidak bagi pelari Rusia untuk berlomba lari di Arab Saudi. Dunia yang benar-benar adil sangat tidak menyenangkan. Tidak ada cukup ruang untuk berpikir dan toleransi untuk setiap akibat dari beragam sebab. Itu sebabnya sampai kapan pun, dunia pun tidak perlu repot-repot untuk menegakkan keadilan tanpa berimbang dengan tumbuhnya kasih sayang. Ingat bahwa kita tumbuh dan besar di dunia ini karena keadilan yang sama untuk diizinkan hidup dan kasih sayang dari orang tua.
Dalam urusan ini, dunia perlu menengadahkan kepalanya dan melihat Indonesia. Sebuah negara yang tumbuh dengan getaran perasaan ujar Soekarno. Dalam urusan kamar tidur di dunia, mereka menciptakan bantal untuk membuat kepala merasa adil dan tidak iri kepada badan soal kenyamanan beristirahat. Di setiap tempat tidur di Indonesia, negara ini menciptakan bantal sebagai kalang hulu ditambah bantal kecil berbentuk bulat panjang yang dinamakan guling untuk menyalurkan sebuah pelukan hangat untuk sebuah kasih sayang.

Hidup tidak akan selalu adil. Kita harus menyadari bahwa kemenangan perlombaan tidak selalu untuk yang tercepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat. Orang tercepat tidak selalu memenangkan pertandingan, bahkan orang yang terkuat dalam pertempuran, dan orang bijaksana tidak menutup kemungkinan untuk miskin dan malang, dan orang yang penuh ide kreatif dan terampil tidak selalu terkenal. Namun tentu tidak pantas untuk dikeluhkan terutama melayangkan kepada Tuhan—meragukan kebesaran akan rencana Sang Sutradara.

Kekakuan dunia ini jika benar-benar adil tidak serta merta membuat para penghuninya mengabaikan keadilan. Keadilan yang dibutuhkan dunia ini adalah kondisi adil yang tidak akan pernah berpaling dan menyimpang dari kebenaran, seperti ikat pinggang yang tetap terikat pada pinggang namun berdampingan dengan kasih sayang yang memiliki lubang untuk sebuah kelonggaran. Tahu kapan ikat pinggang harus dikencangkan. Tahu kapan renggangan ikatan harus dilonggarkan.

Keadilan adalah bagaimana kita menempatkan sesuatu sesuai dengan kondisi dan kadar dan porsinya. Dunia butuh keadilan yang seperti itu—tidak kaku, terus dinamis dengan dasar toleransi, beriringan dengan kasih—namun tak mengurangi esensi sebuah keadilan. Bukankah Tuhan, Sang pencipta dunia dan pengatur kehidupan ini juga dalam Maha adil-Nya selalu berdampingan dengan Maha kasih-Nya? Saya hanya takut jika para pengeluh di atas mengaung menuntut keadilan di dunia dan melupakan Tuhan yang penuh dengan kasih sayang, seberapa banyak dari mereka yang melakukan kesalahan lantas segera dihukum oleh Tuhan lewat jatuhan bantal guling raksasa dari langit, misalnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.