Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat - baca dan amati?

Bukankah tulisanmu adalah apa yang kau lihat di setiap keliling dan sekitarmu? - baca di setiap lembar kertas dan layar digitalmu? dan amati di setiap kisah, kenangan, sentuhan pasanganmu?

Sabtu, 12 Desember 2015

Seorang serakah dari Mars


Seorang tamak ini berasal dari mars, tempat yang katanya punya kehidupan namun tak satu pun yang tersisa bahkan hanya bekas pertanda jalur air. Entah kenapa orang ini pun kemudian pergi dan menuju bumi. Bumi terlihat berbeda dari planet lain, terlihat cukup biru dan hijau untuk dijarah sistemnya dan hasil alamnya.

Dahulu mars tidak seperti itu, ia merah namun tak gersang. Ia sunyi namun memiliki kehidupan. Lalu muncullah seorang serakah ini, ia yang mirip dengan rupa kita, yang sedang menulis juga sedang membaca. Yang sedang menyusun rencana untuk menatap kesuksesan. Yang sedang berusaha menindas anak-anak kecil pinggiran—mereka sudah hidup di tepian, kenapa tidak sekalian menceburkan mereka? Mungkin kira-kira begitu ujar mereka, orang-orang bumi yang menyerupai seorang serakah dari Mars.

Seorang serakah dari mars memang menarik. Ia melihat target dan pencapaian luar biasa dalam pemikiran mereka. Jika aku bisa mencapai titik J. Kenapa aku tidak bisa mencapai titik G dan kemudian menyentuh A. Bahkan tidak jarang ia menginjak bebatuan sekitarnya hingga rusak untuk melompat melampaui titik sebelumnya. Terbesitlah ia yang melihat tidak ada yang tersisa lagi dari Mars kemudian mendongak ke atas. Ke Luar angkasa.
Luar angkasa memang menarik ditaklukkan tapi tak ada yang menyangkal kebahagiaan penaklukan adalah hal yang lebih penting pemandangan antariksawan dalam merayakan keberhasilan dan kru NASA yang bahagia misi mereka berhasil dengan selamat, serta keluarga yang menonton dari televisi. Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada itu. Tidak bahkan tidak lebih indah dari pemandangan bumi dari bulan.

Pencapaian tentu tidak salah. Tujuan dan target adalah penting untuk setiap manusia, celakalah kita yang memainkan permainan dalam gim tanpa rasa penasaran ingin menyelesaikan tujuan akhirnya. Namun celakalah kita yang semakin mirip orang serakah dari mars yang lebih memilih berbuat curang untuk mendapatkan hasil singkat dan amat berambisi. Celakalah kita yang menjadikan orang sekitar kita sebagai pijakan dan melontarkan badan ke depan.

Seorang serakah ini tak butuh teman. Ia lupa akan orang sekitar sibuk menentukan mana yang harus dijarah dan dibawa pulang untuk dihabiskan sendiri. Siapa yang butuh teman untuk menghabiskan harta di Mars? Jika pun ada mereka akan berguna untuk sekedar mengangkut jarahan, menyimpannya di mobil dan menikamnya dari belakang. Sesuatu yang tentu bukan pertama kali dilakukan oleh seorang serakah dari mars.

Ia merasa tak terkalahkan dan selalu merasa bahwa dirinya paling benar dan paling baik. Seorang serakah dari mars melihat dari atas gunung tinggi dari puncak planet merah. Gagah tegap ia merasa sudah mengalahkan seisi mars dan merasa planetnya terlihat merah, baik dan sempurna. Mendongak ke angkasa, melihat bumi, sebuah planet biru, membosankan.

Seorang serakah dari Mars turun ke Bumi, berkeliling, melihat sekitar, kemudian tersenyum. Ia tahu tidak ada gunanya ia di sini. Seorang serakah dari Mars melihat jutaan orang serakah dari bumi. Ia melihat hutan dibabat. Laut dan pantai yang mengeruh dan berlimpah sampah. Ia melihat gunung yang tergerus menyisakan tanah yang curam dan kemudian pergi.

Jauh dari sana, seorang serakah dari Mars tidak tahu berapa orang yang memanjatkan doa untuk memulihkan planetnya. Berapa orang yang berjuang hingga merasakah dingin penjara untuk memelihara planetnya. Berapa orang yang berusaha membersihkan sampah dari jalanan dan menjaga lingkungan. Merawat planet biru ini membutuhkan tak cukup seorang. Mereka harus bersama, saling rangkul, menjadikan kepala temannya untuk bertukar pikiran. Mereka sekumpulan orang berani dan peduli dari bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Agata | WS
x x x x x x x.