Paduka yang
mulia,
izinkan saya memberi laporan tentang seorang penulis yang berbahaya. Tentu tidak kalah dari pemberontak–pemberontak yang hadir di orde baru. Pemberontak-pemberontak yang sudah kita penjarakan mereka karena karyanya. Penulis yang bernama Samuel Tumanggor ini pun datang dengan bersenjatakan buku-bukunya. Penulis ini datang menyadarkan para pemuda kristen kita terhadap hak mereka.
Buku yang
menjadi senjata penulis ini tidaklah setebal aturan-aturan yang kita buat
selama ini. Tidak terlalu mebahayakan jika hanya membaca judulnya saja. Tetapi
ide dalam sebuah buku ini yang menurut saya sangatlah berbahaya. Ide yang
berpotensi membuka mata mereka akan kecurangan, kejahatan, dan tak-tik licik
yang selama ini selalu kita terapkan dan bahkan sudah hampir menjadi budaya.
Bahkan, bukan
hanya menghasilkan buah ide dari buku-bukunya, Samuel Tumanggor sudah berani
untuk datang ke tempat yang jauh dari kediamannya (baca: Bandung) untuk
membentuk pasukan di Nusantara ini. Menurut informasi yang saya dapatkan dari
abdi-abdi Nusantara lainnya, setiap tahun Samuel Tumanggor mencari tujuh orang
pasukan dan mencuci pikiran mereka. Seolah-olah terlihat sedikit, tetapi saya
khawatir dengan keadaan ini.
Jujur saja,
pada awalnya, saya tidak memercayai informasi ini. Kemudian saya menyusup dan
menjadi salah satu dari tujuh pasukan yang Samuel Tumanggor bentuk di
Pontianak. Ide hebat nan mengancam keberadaan budaya Nusantara coba dibagikan
oleh Samuel Tumanggor di Pontianak.
Saya sangat
khawatir, ide yang diberikan bisa membuka hati rakyat, bisa membuat mereka
bersatu, berkarya melalui tulisan dan memberontak dari cengkeraman kita.
Kecemasan saya bukan tanpa alasan. Saya takut tulisan dan ide orang ini akan
berdampak seperti Onze Strijd
tulisan Soetan Sjahrir atau Alks
Ik Eens Nederlander Was tulisan Ki Hajar Dewantoro. Jangan
sampai sejarah berulang.
Jangan sampai
Nusantara kehilangan kendali! Pasungan terhadap rakyat harus terus kita kuatkan
dan jaga. Rakyat Nusantara harus merasa diri mereka tak berdaya. Kita harus
membuat mereka, merasa diri tak mampu untuk menulis dan menghasilkan ide.
Saran saya demi
kepentingan Nusantara ini, penjarakan Samuel Tumanggor! Sebelum semakin
banyak rakyat menjadi sadar lalu bangkit kritis. Sebelum semakin banyak rakyat
menjadikan tulisan mereka sebagai inspirasi. Sebelum semakin banyak rakyat
melakukan perubahan yang mengancam kedudukkan kita. Hidup Nusantara!
Salam takzim,
Laksamana Robin
Padilla
-- catatan :
setelah artikel ini, tulisan didalam blog www.rocodillacave.blogspot.com akan
berubah cara penulisan :)) --
Waahh tulisan yg sangat menarik dan jd salah satu prbncangan d klas menulis padang dg bg sam :-D
BalasHapussampai diperbincangkah toh. hahaha.
HapusSukses buat kelas penulisan di padang :)
Dahsyat Pasukan yang dibentuk Bang Sam, tersebar hingga seberang lautan. Senjatanya sungguh meng-"hidup"-kan.
BalasHapusVirus Samuel Tumanggor belum lama ini sudah merebak di Pematang Siantar. :D
BalasHapus